Pandemi dan Semangat Perubahan
Salah satu Pakar Perubahan adalah Rhenald Kasali. Guru Besar Ekonomi Univeritas Indonesia (UI) ini termasuk inspirator perubahan yang cukup lama mengkampanyekan pentingnya antisipasi terhadap perubahan agar kita tak tergilas oleh perubahan itu sendiri. Keseriusannya itu nampak dari berdirinya Rumah Perubahan yang melibatkan karyawan tak kurang dari 140 orang.

MONDAYREVIEW.COM – Kehidupan era New Normal sudah di depan mata. Banyak penyesuaian yang harus dilakukan oleh individu dan masyarakat. Cara-cara baru akan semakin cepat mendisrupsi cara-cara lama. Dalam aktivitas ekonomi, pendidikan, sosial, dan sebagainya.
Salah satu Pakar Perubahan adalah Rhenald Kasali. Guru Besar Ekonomi Univeritas Indonesia (UI) ini termasuk inspirator perubahan yang cukup lama mengkampanyekan pentingnya antisipasi terhadap perubahan agar kita tak tergilas oleh perubahan itu sendiri. Keseriusannya itu nampak dari berdirinya Rumah Perubahan yang melibatkan karyawan tak kurang dari 140 orang.
Dalam perbincangan di kanal Youtube Deddy Corbuzier, Rhenald tampil dengan ulasan-ulasannya yang bernas. Dari soal ekonomi hingga pendidikan dalam menghadapi wabah yang diperkirakan akan cukup panjang masanya. Kesulitan UMKM dan kalangan amsyarakat yang rentan menjadi salah satu keprihatinannya.
Diantara pokok-pokok pikiran yang disampaikan dalam podcast tersebut dapat digarisbawahi beberapa hal, antara lain :
Pertama, sebagian besar atau 90 persen kehidupan masyarakat Indonesia terkait dengan UMKM. Pandemi ini memukul banyak sektor terutama UMKM. Berbeda dengan krisis 1997 dimana sektor finansial dan industri besar yang paling terdampak. UMKM saat itu justru tampil menjadi penyelamat. Juga pada saat krisis 2008 yang dikenal dengan sub prime mortage. Dampaknya tidak terlalu memukul UMKM.
Banyak kalangan masyarakat yang tidak memiliki tabungan yang cukup untuk bertahan termasuk UMKM. Jika tidak diselamatkan mungkin akan gulung tikar.
Pemerintah perlu melakukan deregulasi untuk mendorong produk ekspor UMKM. Komoditas pertanian, tekstil, industri kreatif dan banyak produk UMKM lainnya harus diberi kesempatan yang luas agar kembali bernafas. Selama ini banyak perizinan yang berbelit-belit dan ternyata hal tersebut tidak diperlukan oleh negara importir produk UMKM kita.
Kedua, Di sektor akomodasi atau perhotelan dan penerbangan dampaknya luar biasa. Tarif hotel banyak yang diobral hanya untuk menutup variabel cost. Maskapai penerbangan juga mengalami masalah serius.
Setelah pandemi ketika situasi lebih terkendali atau setidaknya orang bisa beradaptasi dengannya lapangan pekerjaan justru bisa lebih banyak karena semakin terbukanya sektor jasa. Belanja jasa lebih tinggi nilainya bila dibandingkan dengan belanja raw material. Banyak profesi baru di bidang jasa yang akan tercipta. Untuk itu perlu disiapkan SDM ke arah sana.
Ketiga, orang makin percaya pada teknologi. Salah satu contohnya adalah saham Amazon yang menanjak tajam. Pengiriman barang dari Amazon di Amerika Serikat menjadi contoh bahwa perusahaan yang paling siap dalam menghadapi situasi dan perubahan menjadi pemenang di tengah krisis. Demikian pula dengan perusahaan pemilik aplikasi Zoom.
Keempat, Ada banyak perusahaan yang mengalami tekanan. Termasuk perbankan. Harga saham beberapa bank merosot sebagai konsekuensi dari ketaatan bank pada keputusan Pemerintah terkait relaksasi pembayaran kredit. Keuntungan perbankan pasti turun demikian pula nilai sahamnya. Namun dalam dua hingga tiga tahun ke depan perbankan akan mengalami pemulihan (recovery) sehingga siapapun yang cukup punya uang untuk membeli saham bank hari ini mungkin akan mengambil keuntungan besar ketika masa pemulihan telah tercapai.