Pameran Besar Seni Rupa 2016: Bukan Lagi Pameran Kelas Dua

Pameran Besar Seni Rupa ini juga berupaya untuk meningkatkan apresiasi publik terhadap karya-karya para perupa. Kehadiran pameran di Taman Budaya telah mengikis sekat antara karya para perupa dengan masyarakat luas, termasuk mereka yang selama ini tidak memiliki kesempatan untuk mengapresiasi karya-karya tersebut.

Pameran Besar Seni Rupa 2016: Bukan Lagi Pameran Kelas Dua
pameran

Manado, Mondayreview - Semilir angin utara berbisik di antara dedaunan nyiur. Diantara kokohnya Gunung Klabat, Lokon, dan Soputan, gelegak spirit para perupa tengah menyapa warga Manado. Keheningan yang damai, disapa oleh karya-karya yang menginspirasi dan menyuarakan harmoni. Senafas dan sejiwa dengan denyut kehidupan warga kota yang hidup berdampingan dalam keragaman ini. Wajah Indonesia yang lebih beragam hadir bersama karya-karya para perupa. Tak kurang dari 76 peserta dari 34 provinsi meggelar karyanya di ajang Pameran Besar Seni Rupa ke-4 yang berlangsung pada 6-9 September 2016 di Taman Budaya Manado, Sulawesi Utara. Karya Lukis, Kriya, Patung, Fotografi, Mural dan Seni Instalasi hadir di hadapan publik dari berbagai lapisan masyarakat. Presentasi karya-karya mutakhir para perupa Indonesia dalam tema Epicentrum mampu menampilkan harmoni dalam keragaman yang menjadi spirit kegiatan ini.

Kepedulian pemerintah provinsi dalam mendukung aktivitas para perupa diharapkan muncul dan menguat seiring pesan yang menggema dari perjumpaan para perupa ini. Sehingga seni rupa dan kesenian pada umumnya tidak lagi dianggap beban tetapi justri sebagai aset paling bernilai bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Harapan Direktur Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud, Prof. Dr. Endang Caturwati, M.S. ini disambut dengan antusias dengan janji Pemprov Sulut untuk menaikkan anggaran Taman Budayanya hingga 400% dari anggaran yang ada saat ini. Janji ini disampaikan oleh Wakil Gubernur Sulut, Steven Kandauw, yang membuka acara Temu Karya Taman Budaya dan Pameran Besar Seni Rupa ke-4 ini. Lebih lanjut, Endang menyampaikan bahwa keterwakilan para perupa dari 34 provinsi juga merupakan bagian dari upaya pembinaan. Dan dalam kegiatan ini kuantitas dan kualitas karya yang tampil dari masing-masing daerah menunjukkan hal yang menggembirakan.

Pameran Besar Seni Rupa ini juga berupaya untuk meningkatkan apresiasi publik terhadap karya-karya para perupa. Kehadiran pameran di Taman Budaya telah mengikis sekat antara karya para perupa dengan masyarakat luas, termasuk mereka yang selama ini tidak memiliki kesempatan untuk mengapresiasi karya-karya tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa pameran ini tidak berkelas, karena karya yang ditampilkan para perupa sebagian telah mendapat pengakuan di tingkat nasional bahkan internasional. A. Rikrik Kusmara selaku Kurator Pameran ini melihat antusiasme peserta yang bagus, apalagi dengan mekanisme open call atau undangan terbuka yang mendapat respon positip dari para perupa di tanah air.  Lebih lanjut Dosen FSRD ITB ini menegaskan pentingnya kehadiran pihak-pihak yang bisa menjalankan fungsi mediasi antara para seniman khususnya perupa dengan pemerintah, sponsor, dan semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan seni rupa. Optimisme para perupa yang telah menggelar karyanya harus disambut dengan berbagai langkah yang bisa menjembatani para seniman dengan masyarakat seni.

Pustanto, Kasubdit Seni Rupa di Direktorat Kesenian Kemendikbud yang bertindak selaku Ketua Panitia Pelaksana mengungkapkan harapannya agar kegiatan semacam ini tidak lagi sekedar memenuhi target kinerja kementerian tetapi mampu menyentuh substansi yang ingin diraih melalui perjumpaan karya ini. Para seniman berjumpa dengan sesama seniman, dan para seniman berjumpa dengan publik. Peran pemerintah melalui upaya semacam ini diharapkan akan menjadi dorongan bagi tumbuhnya sinergi antara pemerintah, seniman, dan publik untuk membangun dan mengembangkan seni rupa sebagai salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Dari bumi nyiur melambai nan damai, hembusan harmoni dalam keberagaman ditiupkan para perupa yang datang dari seluruh pelosok negeri.

M. Topan Agasta