Optimisme Seiring Penguatan Bursa Dan Nilai Tukar Rupiah

Lantai Bursa dan Pergerakan Nilai Tukar Rupiah menjadi indikator penting kembalinya denyut nadi perekonomian nasional. Harapan yang sama juga bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan khususnya Asia Tenggara. Saing ketergantungan dalam ekosistem perekonomian regional khususnya di Asia menjadi tumpuan harapan kebangkitan dari keterpurukan akibat pandemi.

Optimisme Seiring Penguatan Bursa Dan Nilai Tukar Rupiah
ilustrasi uang/ antara

MONDAYREVIEW.COM – Kesibukan tampak kembali memenuhi jalanan ibukota Jakarta dan beberapa kota lainnya. Geliat aktivitas ekonomi masyarakat di tengah kewaspadaan akan gelombang kedua Covid-19 tak dapat dibendung. Protokol kesehatan tentu menjadi ‘senjata’ penting dalam mengendalikan pandemi.

Lantai Bursa dan Pergerakan Nilai Tukar Rupiah menjadi indikator penting kembalinya denyut nadi perekonomian nasional. Harapan yang sama juga bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan khususnya Asia Tenggara. Saing ketergantungan dalam ekosistem perekonomian regional khususnya di Asia menjadi tumpuan harapan kebangkitan dari keterpurukan akibat pandemi.

Pergerakan Lantai Bursa

Optimisme terasa dalam pergerakan bursa. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin, dibuka menguat 52,58 poin atau 1,06 persen ke posisi 5.000,36.

Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 12,68 poin atau 1,65 persen menjadi 783,35.

Tak hanya di Bursa Efek Indonesia (BEI) saham-saham Tokyo dibuka lebih tinggi pada perdagangan Senin pagi, mengikuti penguatan akhir pekan lalu di Wall Street merespons kenaikan tak terduga lapangan kerja AS sejalan harapan pemulihan ekonomi global dari krisis virus corona.

Pada pukul 09.15 waktu setempat, indeks acuan Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo (TSE) naik 246,82 poin atau 1,08 persen, dari tingkat penutupan Jumat (5/6/2020), menjadi diperdagangkan di 23.110,55 poin.

Sementara itu, indeks Topix yang lebih luas dari seluruh saham papan utama di pasar saham Tokyo menambahkan 14,08 poin atau 0,87 persen, menjadi diperdagangkan pada 1.626,56 poin.

Saham-saham perusahaan yang terkait dengan transportasi udara, besi dan baja, dan penambangan paling banyak mencatat kenaikan pada menit-menit pembukaan setelah bel perdagangan pagi.

Penguatan Rupiah dan Beberapa Mata Uang Lainnya

Kurs dolar AS berpindah tangan di kisaran 109,6 yen dalam transaksi awal di Tokyo pada Senin pagi, menguat dibandingkan di New York pada perdagangan akhir pekan lalu.

Ketika pasar dibuka di Tokyo, dolar AS dijual pada 109,62-63 yen dibandingkan dengan 109,54-64 yen di New York dan 109,37-38 yen di Tokyo pada Jumat (5/6/2020) pukul 17.00 waktu setempat.

Euro, sementara itu, diambil pada 1,1315-1316 dolar AS dan 124,05-09 yen terhadap 1,1287-1297 dolar AS dan 123,71-81 yen di New York, serta 1,1349-1350 dolar AS dan 124,13-17 yen pada perdagangan Jumat sore (5/6/2020) di Tokyo.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan menguat menembus di bawah level psikologis Rp14.000 per dolar AS.

Rupiah Jumat sore ditutup menguat 217 poin atau 1,54 persen menjadi Rp13.878 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.095 per dolar AS.

Strategi bauran ekonomi yang sudah diterapkan pemerintah dan Bank Indonesia saat ini menambah daya gedor tersendiri bagi terlaksananya roda perekonomian sehingga jalan menuju stabilitas sudah di depan mata.

Apalagi, pemerintah sudah memberlakukan tatanan normal baru (new normal) pada Juni ini, meski Pemprov DKI memutuskan melanjutkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dengan pelonggaran atau yang disebut masa transisi. Keputusan ini akan menggeliatkan roda perekonomian di DKI Jakarta yang merupakan barometer ekonomi Indonesia dan ini akan menambah optimisme pelaku pasar terhadap pasar dalam negeri. 

Di samping itu, lanjutnya, suku bunga obligasi yang tinggi akan menjadi magnet tersendiri bagi pelaku pasar sehingga wajar di saat normal baru diberlakukan, arus modal asing masuk ke pasar dalam negeri begitu deras dan lagi-lagi yang dimenangkan adalah mata uang Garuda bahkan terus perkasa di minggu ini.

Dari eksternal, Bank Sentral Eropa (ECB) kembali menggelontorkan stimulus. ECB dalam pengumuman kebijakan moneter kemarin (Kamis) malam mengatakan menambah nilai Pandemic Emergency Purchase Programme (PEPP), yakni program pembelian aset (obligasi pemerintah) sebesar 600 miliar euro.

Selain itu, sentimen positif lainnya yaitu roda bisnis di berbagai belahan dunia yang sudah kembali berputar meski secara perlahan.

Rupiah pada Jumat pagi hari dibuka melemah di posisi Rp14.075 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp13.878 per dolar AS hingga Rp14.089 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.100 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.165 per dolar AS.

Harga Emas Turun

Pergerakan harga emas lazimnya berbanding terbalik dengan nilai tukar Rupiah. Di Aceh emas dijual per mayam (pertiga gram). Harga perhiasan emas di Meulaboh yang terpantau dari sejumlah pedagang emas menunjukkan penurunan harga dimana kadar 97 persen (emas London) sebelumnya dijual Rp2,75 juta/mayam, kini menjadi Rp2,55 juta/mayam atau turun sekitar Rp200 ribu/mayam.

Harga perhiasan emas kadar 99,99 persen (emas murni) sepekan terakhir dijual di kisaran harga Rp2,8 juta/mayam, kini turun di angka Rp2,68 juta/mayam atau turun sekitar Rp120 ribu/mayam.

Sementara itu, harga jual emas kadar 87 persen, kata Rusdi, saat ini dijual seharga Rp2,2 juta/mayam. Sebelumnya, harga emas kadar 87 persen ini dijual sekitar Rp2,4 juta/mayam atau turun sekitar Rp200 ribu/mayam.

Turunnya harga perhiasan emas tersebut tidak terlepas dari penguatan mata uang rupiah yang sebelumnya di angka Rp15.500 per dollar Amerika Serikat, kini turun menjadi Rp13.800/dollar AS.
Kondisi tersebut juga ditambah dengan meningkatknya investasi di dalam negeri setelah kebijakan normal baru untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi masyarakat di Tanah Air.