Muchlas Rowi: Wacana Pemakzulan dan Kebebasan Berpendapat Tak Elok Didiskusikan di Tengah Pandemi

Saya senada dengan Buya Syafi’i bahwa, di tengah situasi berat seperti saat ini, tidak bijak jika dialog pemakzulan dikaitkan dengan kebebasan berpendapat dan prinsip konstitusionalitas.

Muchlas Rowi: Wacana Pemakzulan dan Kebebasan Berpendapat Tak Elok Didiskusikan di Tengah Pandemi
Muchlas Rowie, Ketua Umum Balad Jokowi.

MONITORDAY.COM – Wacana ikhwal pemakzulan presiden tiba-tiba kembali mengemuka dan menuai silang pendapat. Gegaranya, ada pihak salah paham soal tema diskusi yang dihelat Constitutional Law Study Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (CLS UGM). Sejumlah panitia dan pembicara pun disebut mendapat terror dan intimidasi.

Bak cendawan di musim penghujan, diskusi serupa bahkan lebih provokatif pun tambah muncul dan disertai perang komentar oleh sejumlah pihak. Kanal-kanal digital tambah gaduh, dan seolah tak menghiraukan kondisi keprihatinan yang tengah terjadi.

Menanggapi situasi tersebut, Ketua Umum Relawan Balad Jokowi, M. Muchlas Rowi yang ikut memonitor situasi terkini, buka suara dan sependapat dengan apa yang disampaikan Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafi’i Ma’arif atau Buya Syafi’i.

“Saya senada dengan Buya Syafi’i bahwa, di tengah situasi berat seperti saat ini, tidak bijak jika dialog pemakzulan dikaitkan dengan kebebasan berpendapat dan prinsip konstitusionalitas,” tutur Muchlas.

Para inisiator dan pelaksana teknis diskusi disebut Muchlas kurang tepat melempar wacana pemakzulan presiden dengan kebebasan berpendapat dan prinsip konstitusionalitas. Apalagi diskusi ini digelar di tengah pandemi Covid-19, saat energi bangsa (terutama para medis) tengah fokus disalurkan untuk menggagalkan upaya pembajakan metabolisme sel oleh virus Covid-19.

“Saya kira saat ini tidak ada yang lebih penting dari upaya bersama untuk menyelamatkan kesehatan warga masyarakat. Bukan diskusi yang malah bikin gaduh, atau bahkan rusuh seperti di negeri Paman Sam sana,” ujar Muchlas.

Inisiator Gerakan Bantu Tetangga (BANGGA) ini mengatakan, jika di tengah pademi Covid-19 kita perlu bahu membahu mencari jalan keluar dan menenangkan publik agar disiplin dan patuh pada protokol kesehatan.

Menurut Muchlas, ibarat sedang berlayar, kapal bernama Indonesia saat ini sedang menghadapi gelombang besar. Ombaknya tak beraturan, belum lagi badai topan dan hujan deras yang sesekali mengiringi perjalanan.

“Jangan sampai kita menjadi penumpang yang malah ikut melubangi kapal, membocorkan, dan berusaha membuatnya tenggelam,” ujarnya.

Lebih lanjut, kata dia, dalam situasi sulit, mustahil kita bisa membuat kapal Indonesia bisa berlayar hingga tujuan. Alih-alih sampai tujuan, kapal justru tenggelam lalu semua awaknya binasa.