Muchlas Rowi: Substansi Bantuan Sembako untuk Penuhi Kebutuhan Masyarakat Selama #DiRumahAja
"Jangan sampai pemberian sembako disalahartikan. Sembako diberi tapi masyarakat masih tetap kerja. Padahal substansi dari pembagian sembako itu agar masyarakat tetap di rumah aja," kata Chief Executive Officer (CEO) Monitor Media Group (MMG), Muchlas Rowi.

MONITORDAY.COM - Chief Executive Officer (CEO) Monitor Media Group (MMG), Muchlas Rowi mengatakan, pembagian sembako ke masyarakat selain harus tepat sasaran juga harus tepat guna.
Menurutnya, bantuan sembako jangan sampai disalahartikan masyarakat. Sebab sejatinya, penyaluran bantuan sembako diperuntukan agar ketersediaan makanan masyarakat yang melakukan social distancing (#dirumahaja) tetap terpenuhi.
"Jangan sampai pemberian sembako disalahartikan. Sembako diberi tapi masyarakat masih tetap kerja. Padahal substansi dari pembagian sembako itu agar masyarakat tetap di rumah aja," kata Muchlas di Jakarta, Selasa (21/04/20).
Lebih lanjut ia menambahkan, saat ini pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin untuk memastikan setiap kebutuhan masyarakat terpenuhi. Saat arahan social distancing dan kebijakan PSBB berlangsung, pemerintah telah memberikan bala bantuan kepada masyarakat.
"Kebijakan PSBB diterapkan supaya masyarakat tidak keluar rumah. Karena itu, pembagian sembako misalnya bagi buruh harian dan lain-lain itu untuk memenuhi kebutuhan selama di rumah," katanya.
Namun dikatakan Muchlas, pemerintah tak mungkin mencukupi seluruh kebutuhan masyarakat di seluruh Indonesia. Maka dibutuhkan jiwa kepedulian yang tinggi dan solidaritas yang kuat antar masyarakat untuk bisa membantu mencukupi kebutuhan masyarakat lainnya yang membutuhkan.
"Gak mungkin pemerintah bisa kasih semua bantuan, jadi yang bolong-bolong itu diisi orang-orang yang mampu sebagai bentuk solidaritas. Dapat disalurkan melalu Baznas atau disalurkan langsung, dan yang penting masjid harus diutamakan," ujarnya.
"Kalau pemerintah bisa membantu 70 persen maka 30 persen dari para aghnia'. Kalau muslim, fokus menjadikan masjid jadi pusat untuk menyalurkan bantuan. Ya harusnya supaya tidak terjadi kelaparan, masyarakat dapat saling bekerjasama di masjid-masjid setempat," imbuhnya kemudian.
Kendati demikian, Muchlas banyak menjumpai kelompok keluarga di masyarakat yang mengeluhkan dampak dari social distancing dan PSBB tersebut.
Sebab, selama berada di rumah aja ternyata lebih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Work From Home (WFH) hingga Study From Home (belajar jarak jauh) mengharuskan pengeluaran keluarga membengkak.
"Banyak keluhan dari ibu-ibu. Anggota keluarganya bekerja dari rumah, anak-anak yang biasa sekolah juga di rumah, akhirnya pengeluaran untuk makan saja dan kebutuhan lainnya jadi membengkak," tuturnya.
Terlepas dari itu, ia kemudian mengingatkan bahwa kunci supaya pandemi ini cepat teratasi adalah dengan menjaga jarak, menghindari kerumuman dan tidak melakukan interaksi yang intens.
"Jika semua komponen masyarakat dapat bekerja sama melakukan hal ini, Insya Allah tak akan menunggu lama
wabah pandemi Covid-19 ini segera berlalu," tandasnya.