Muchlas Rowi Ajak Kolaborasi BNPT, Cegah Paham Terorisme Lewat Narasi Media

Muchlas Rowi Ajak Kolaborasi BNPT, Cegah Paham Terorisme Lewat Narasi Media
Pendiri Monday Media, Muchlas Rowi paparkan bahayanya paham radikalisme yang tersebar di era digital

MONITORDAY.COM - Founder Monday Media Grup, Muchlas M. Rowi mengajak Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI untuk berkolaborasi mencegah tindak kejahatan terorisme, serta melawan paham yang menjurus kepada radikalisme melalui kekuatan media.

Hal itu dia sampaikan langsung kepada Direktur Pencegahan BNPT Ahmad Nurwakhid di acara diskusi Kopi Pahit yang diselenggarakan Monday Media Grup dengan bertajuk 'Penanggulangan Terorisme di Era Digital'.

Sebagai praktisi media, Muchlas menjelaskan perkembangan segala aspek kehidupan yang serba analog menjadi serba digital, atau menggunakan teknologi bak dua sisi mata uang. 

Di era ini dengan bantuan gawai, masyarakat jadi jauh lebih mudah mendapatkan beragam informasi lewat internet, tidak seperti 10 tahun lalu, ketika medium cetak masih mendominasi pangsa media.

"Tapi ternyata, tak cuma model bisnis media saja yang berubah, pola pergerakan kelompok terorisme juga berubah. Mereka kini, piawai menggunkan teknologi informasi untuk menyebarkan ideologi, perekrutan, pendanaan, pertukaran informasi dan ancaman teror," ungkap Muchlas dalam paparannya.

Menurut Muchlas, perubahan ini cukup terasa ketika ISIS muncul, propaganda mereka begitu massif dengan konten teks, audio, dan visual yang dramatis. Menyitir data, Kominfo di tahun lalu memblokir 20.453 konten yang memiliki unsur terorisme dan radikalisme di media sosial.

Data BNPT juga menyebutkan, sebanyak 39% mahasiswa di 15 provinsi di Indonesia yang jadi responden penelitiannya terindikasi tertarik pada paham radikal.

Bagaimana kelompok teroris menyebarkan ideologinya? Dalam pandangan Muchlas, teroris sengaja membanjiri ruang-ruang digital dengan konten-konten yang mendukung paham dan ideologi teorisme. Maka dengan sendirinya, orang-orang yang punya kecenderungan terhadap paham yang sama akan terkanalisasi dalam serpihan alur algoritma.

Algoritma secara tidak langsung menciptakan apa yang disebut echo-chamber (ruang gema). Kondisi dimana seseorang menerima informasi, ide dan gagasan homogen secara berkala. Algoritma pun membuat filter sehingga pandangan lain tidak dapat masuk dalam ‘ruang’ itu.

"Jadi persoalan terorisme di Era digital menurut kacamata kami, para pelaku media adalah pertarungan narasi di ruang digital," terangnya.

Untuk itu, lanjut Muchlas, cara paling efektif menanggulangi paham radika adalah dengan lebih banyak menggencarkan literasi digital. Perbanyak konten digital untuk melakukan kontra narasi.

"Yang kita butuhkan adalah memperbanyak agen-agen digital yang selain bisa memproduksi konten-konten yang kontra narasi, juga membanjiri ruang-ruang digital dengan percakapan yang kontra naratif pula."

Sebagai pimpinan kelompok media Monday Media, dirinya berkomitmen menampilkan narasi alternatif dan moderat. Sejauh ini, Monday Media Grup ini sudah konsisten membangun keadaban digital di tengah suburnya narasi kebencian maupun narasi radikal.

Transformasi digital juga sudah kami lakukan, setahun terakhir. Hasilnya, cukup menggembirakan. Namun tentu saja, upaya kami ini hanya serpihan di tengah luasnya ruang digital. Kami butuh lebih banyak lagi agen digital, untuk menambah energi positif," pungkasnya.