Milenial Muhammadiyah dan Konsistensi Membangun Masyarakat

MONITORDAY.COM - Berbincang dengan para milenial Muhammadiyah yang mampu membuktikan karyanya di tengah masyarakat sungguh asyik. Bagai oase di tengah sumpeknya kehidupan sosial yang membelah masyarakat. Kehadiran mereka menginspirasi dan memberi energi baru secara moral, mental bahkan spiritual. Termasuk dalam bincang Kopi Pahit di Monitorday.dom di pekan pertama April 2021 ini.
Ada Irfan Amalee yang pegiat perdamaian, Riza Azyumarridha sociopreneur Rumah Mocaf, dan Herawijaya sociopreneur Bongsang atawa bonggol pisang. Dua yang pertama telah menerima penghargaan Kick Andy Heroes 2021 belum lama ini. Jika ditarik benang merahnya, ketiganya adalah sosok muda yang gelisah melihat sekelilingnya. Bukan tipe yang berhenti berfikir setelah kuliah dan karirnya memberi akses ekonomi bagi kemapanan dirinya.
Tak kurang dari 24 tahun Irfan Amalee menggeluti dunia pemberdayaan anak jalanan, pendidikan dan penerbitan buku anak, serta isu-isu perdamaian. Ia konsisten bertumbuh bahkan mengembangkan sayap gerakannya. Ia yakin akan dunia yang menjadi lahan perjuangan hidupnya. Dia melangkah pasti, menginisasi berbagai program dengan pendekatan yang dapat diterima kalangan muda, dan tak henti belajar demi perbaikan program dan langkah-langkahnya. Bahkan, untuk memperdalam pengetahuannya tentang studi perdamaian Irfan belajar hingga ke negeri Paman Sam.
Kepedulian pada isu perdamaian tentu tak datang begitu saja. Jauh sebelumnya Irfan terjun dalam beragam aktivitas yang membangun nalar dan rasa untuk berbuat sesuatu bagi masyarakatnya. Bahkan bagi dunia yang selalu haus akan perdamaian. Konflik terjadi dimana-mana dengan beragam alasan dan latar belakang. Kekerasan mengiringi reformasi 1998. Setelah itu konflik Poso, Ambon, Sampit dan seterusnya terjadi susul-menyusul. Di kalangan para pelajar pun sangat sering terjadi tawuran yang memakan korban jiwa.
Melalui PeaceGen atau Peace Generation, Irfan dapat menggalang kalangan muda untuk memahami sekaligus aktif dalam upaya membangun dunia yang damai. Upayanya menginspirasi tak hanya komunitas dan gerakan anak muda di dalam negeri. Di beberapa negara program peacesatren telah diduplikasi dan memberi dampak yang tak sedikit bagi perdamaian.
Irfan dan PeaceGen selalu bisa meramu pesan damai dalam kemasan yang dapat diterima luas di kalangan anak muda. Komik-komik, panggung musik, dan diskusi ala anak muda menjadi tiga contoh dari sekian aktivitasnya yang mendunia.
Sementara itu Riza bersama istrinya menjadi teladan bagi upaya membangun masyarakat melalui sisi ketahanan pangan. Ia prihatin dengan nasib petani singkong yang terpuruk. Harga singkong hanya Rp 250 hingga Rp500 sekilonya di tingkat petani. Jalan keluarnya adalah memberi nilai tambah pada komoditas ini menjadi produk Mocaf (Modified Cassava Flour).
Langkah Riza berangkat dari gagasan demokratisasi ekonomi. Klaster petani dilibatkan dalam sistem yang dikembangkannya dari hulu hingga hilir. Harga Pokok Produk ditetapkan bersama hingga dicapai harga singkong di tingkat petani Rp1.500 per-kilo dan harga produk di tingkat end-user Rp18.000 per-kilonya. Semua disepakati secara transparan.
Dan kemarin (8/4/2021) menjadi momen penting bagi Rumah Mocaf. Ekspor perdana produk karya mereka menjadi penanda bahwa mimpi itu telah menjadi kenyataan. Sebuah idealisme yang terwujud dalam langkah nyata dan bermanfaat bagi banyak orang.
Lain lagi dengan Herawijaya. Ia menginisiasi program terobosan memanfaatkan limbah bonggol pisang menjadi produk makanan sarat gizi. Pemilihan ide bonggol pisang ini awalnya lahir dari pengamatan Hera dan tim atas banyaknya jumlah petani pisang di Indramayu. Selain petani padi, ternyata petani pisang merupakan salah satu pekerjaan yang paling besar di Indramayu.
Di sini, mereka melihat bahwa para petani ini tidak pernah memanfaatkan bonggol pisang, sehingga terkumpul sampah bonggol pisang dengan jumlah yang banyak menumpuk. Dari sini, ia dan tim pun menjadi tergerak untuk melakukan sesuatu. Mengenai pemilihan olahan berupa camilan, Hera bercerita bahwa ia dan tim melihat bahwa kesempatan usaha camilan ini sangat besar setelah melihat data pasar yang ia dan tim olah sendiri. Oleh sebab itu, tercetuslah ide untuk memanfaatkan bonggol pisang menjadi olahan camilan.
Berkaitan dengan pemberdayaan petani, Hera menjelaskan bahwa Bongsang dalam perjalanannya mengikutsertakan petani, menjalani dua pendekatan, yaitu internal dan eksternal. Namun ternyata tidak semua pendekatan yang ia dan timnya jalani membuahkan hasil. Meski begitu, Hera dan timnya juga mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat, sehingga banyak proses pengembangan usaha Bongsang yang dijalani dengan lancar.
Hera selalu mengedepankan tiga hal, yaitu attitude, intention, dan action. Yang ia maksud dengan attitude adalah kesadaran bahwa ada banyak masalah di sekitar yang dapat dibantu serta diberdayakan dalam usaha yang dikembangkan. Sementara itu, intention lebih mengarah pada niat untuk berjualan dengan jujur dan tidak menipu. Apa pun ide bisnisnya, jika tidak dijalankan, maka itu hanya sekadar ide. Begitu kata Hera terkait poin action.