Merdeka Dari Hawa Nafsu

MONITORDAY.COM - Manusia bukanlah iblis dan bukan pula malaikat. Iblis selalu bersikap membangkang dan menuruti hawa nafsunya. Sebaliknya malaikat selalu bersikap taat dengan perintah Allah SWT. Manusia mempunyai potensi iblis sekaligus malaikat dalam dirinya. Tinggal diantara dua potensi ini mana yang lebih dominan. Jika lebih dominan Iblis, maka dia akan menjadi manusia yang jahat. Jika potensi malaikatnya yang dimaksimalkan, maka dia akan menjadi manusia yang baik.
Ada dua hal yang rentan menjerumuskan manusia ke dalam jurang kehinaan. Pertama adalah hasrat yang disebut syahwat dan kedua adalah keinginan yang disebut dengan ego. Syahwat diambil dari bahasa Arab yang berarti keinginan-keinginan terhadap sesuatu yang material. Dalam QS. Ali Imran: 14 disebutkan bahwa manusia dianugerahi hasrat kepada perempuan, emas dan perak serta kendaraan.
Syahwat merupakan hasrat yang tidak salah manakala memperolehnya dengan cara yang semestinya. Misalnya syahwat terhadap lawan jenis diperoleh setelah pernikahan. Syahwat terhadap harta diperoleh dengan cara yang halal. Syahwat terhadap kendaraan diperoleh juga dengan cara yang halal. Syahwat menjadi hal yang buruk manakala menghalalkan segala cara dalam memperolehnya. Syahwat juga menjadi hal yang buruk saat dikonsumsi secara berlebihan.
Keinginan kedua adalah ego. Ada istilah sifat buruk dalam kehidupan kita yakni sikap egois. Egois artinya mementingkan diri sendiri atau terlalu mencintai diri sendiri. Manusia dianugerahi ego. Namun ego ini harus dikendalikan. Jika ego tidak dikendalikan boleh jadi kita akan sanggpun menyakiti orang lain hanya karena memenuhi ambisi diri sendiri. Boleh jadi kita juga tak akan segan menyakiti orang lain demi memuaskan diri sendiri. Ego harus dibatasi.
Dalam bahasa sederhana, baik syahwat maupun ego sering kita sebut hawa nafsu. Dalam kadar yang cukup, hawa nafsu dapat membawa kemajuan bagi manusia. Misalnya syahwat terhadap lawan jenis bisa melestarikan spesies, syahwat terhadap harta bisa membuat kita terus hidup. Ego pun bisa menjadi sebab kita terus maju dan berkembang. Dengan adanya ego kita ingin menjadi lebih baik semakin harinya.
Yang terpenting adalah jangan sampai syahwat dan ego menjadi pengendali atas diri kita. Akal dan hati kita yang harus mengendalikan hawa nafsu kita. Jika kita berhasil mengendalikan hawa nafsu, maka kita telah merdeka dari hawa nafsu. Namun saat kita gagal mengendalikannya, artinya kita sudah diperbudak hawa nafsu. Salah satu cara agar kita merdeka dari hawa nafsu adalah dengan ritual ibadah.
Setiap agama mengajarkan untuk mengendalikan hawa nafsu. Dalam Islam salah satu ibadah untuk mengendalikan hawa nafsu adalah puasa. Salat pun pada substansinya juga mempunyai faidah mengendalikan hawa nafsu. Dalam salat ego kita ditekan karena kita harus bersujud kepada Allah SWT. Zakat pun mengendalikan nafsu keserakahan dan ketamakan kita terhadap harta benda. Mari senantiasa melatih diri agar merdeka dari hawa nafsu.