Menyelamatkan Hutan Papua
Kasus pembakaran hutan terbaru sempat menghebohkan netizen, yakni terjadi di Papua

MONDAYREVIEW.COM – Hutan adalah paru-paru dunia. Di dalam hutan ada ekosistem yang menopang beragam makhluk hidup. Yang paling dominan tentu saja popohonan yang menjadi sumber oksigen bagi manusia. Dibanding negara-negara lainnya di dunia, Indonesia dianugerahi Tuhan biodiversitas yang luar biasa dan hutan yang sangat luas. Hal ini membuat Indonesia dikenal sebagai zamrud Khatulistiwa. Indonesia diakui juga sebagai paru-paru dunia dengan luas hutannya yang mengagumkan. Sayangnya kemajuan umat manusia membuat kebutuhan manusia semakin kompleks. Kepentingan ekonomi membuat banyak hutan di Indonesia dibabat dan diganti dengan perkebunan kelapa sawit.
Kasus pembakaran hutan terbaru sempat menghebohkan netizen, yakni terjadi di Papua. Pembakaran hutan yang diduga dilakukan anak usaha perusahaan Korea Selatan, Korindo Group di untuk usaha perkebunan kelapa sawit mendapat reaksi dari warganet. Warganet pun ramai memasang tagar #SavePapuaForest sebagai bentuk murka Tanah Air sudah diobrak-abrik oleh orang asing.Netizen yang kesal dengan ulah tangan orang tak bertanggung jawab itu salah satunya pemilik akun Tukang Semangka. "hei, berhenti menyentuh hutan kami!!.,' cuitnya. Sementara itu akun jeni is jeni mencuitkan dirinya cinta hutan dan cinta Papua yang jauh dari hiruk pikuk Ibu Kota Jakarta. Ia pun mencuitkan "We love forest we love Papua." diikuti tiga tagar, yaitu #SavePapuaForest, #SaveHutanPapua, #SaveHutanIndonesia.
Sebelumnya diberitakan hasil investigasi Greenpeace International dengan Forensic Architecture menemukan dugaan anak usaha perusahaan Korea Selatan, Korindo Group di Papua melakukan pembakaran hutan di Papua secara sengaja untuk usaha perkebunan kelapa sawit. Namun, temuan Greenpeace itu dibantah oleh Korindo Group. Perusahaan menyatakan bahwa informasi yang menyebut Korindo Group membakar hutan di Papua untuk perkebunan sawit tidak benar. Mengutip rilis dari situs Greenpeace, perusahaan Korindo memiliki perkebunan kelapa sawit terbesar di Papua dan telah menghancurkan sekitar 57.000 hektare hutan di provinsi tersebut sejak 2001.Dalam penelitian tersebut, tim gabungan dua organisasi menggunakan citra satelit NASA untuk mengidentifikasi sumber panas dari kebakaran lahan yang berlokasi di Merauke, Papua tersebut.
Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK) menegaskan bahwa video kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di konsesi sawit di Papua yang diekspos Greenpeace adalah video tahun 2013. Pihak kementerian mempertanyakan mengapa video investigasi yang dilakukan tujuh tahun lalu, baru diekspos sekarang oleh Greenpeace. Ia mengatakan, seharusnya Greenpeace segera melaporkan bukti video tujuh tahun lalu itu kepada pihak terkait, pada saat itu. Lebih lanjut Rasio mengatakan, Greenpeace seharusnya jujur mengungkapkan hasil investigasinya bahwa pelepasan kawasan hutan untuk konsesi-konsesi perkebunan sawit yang diekspos itu diberikan pada periode 2009-2014.
Ia menegaskan kembali bahwa video itu bukan diambil pada periode pemerintahan sekarang. Rasio menyarankan, apabila Greenpeace memiliki bukti-bukti karhutla seperti kejadian yang dieksposnya sekarang ini, akan lebih baik segera melapor kepada pihak terkait pada waktu kejadian agar segera bisa ditindaklanjuti. Ia juga menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan dari negara manapun yang melanggar, terutama terkait karhutla, terbukti telah ditindak sesuai prosedur peraturan perundangan. Beberapa perusahaan yang berada di bawah grup Korindo telah berikan sanksi akibat karhutla yang terjadi di konsesi-konsesi mereka, bahkan ada yang dibekukan izinnya. Juga beberapa perusahaan Malaysia, Singapura, termasuk perusahaan-perusahaan Indonesia.Ia juga menjelaskan bahwa hampir seluruh pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan sawit di Papua dan Papua Barat diberikan di periode pemerintah sebelumnya.