Menimbang Posisi Unik Anwar sebagai Backbencher

MONITORDAY.COM - Kalangan media di Singapura menilai bahwa Malaysia berada pada situasi yang unik. Situasi yang belum ada preseden sebelumnya. Dimana Datuk Seri Anwar Ibrahim harus menunggu sementara waktu untuk mengambil alih posisi PM sesuai janji PM Mahathir Mohammad. Padahal posisinya saat ini disebut sebagai backbencher yakni anggota parlemen yang tidak memegang jabatan baik di pemerintahan maupun di oposisi.
Publik pantas bertanya apakah Anwar akan tetap kritis dan terus mendorong reformasi dalam posisinya saat ini. Dinamika di antara Anawar dan Mahathir akan diteliti dalam satu setengah sampai dua tahun sebelum Anwar mengambil alih jabatan perdana seperti yang diharapkan.
Para pengamat mengatakan bahwa meskipun ia tidak memiliki jabatan di Kabinet, ia berada dalam Koalisi Pakatan Harapan. Politisi berpengaruh Tian Chua menegaskan Anwar akan tetap efektif dalam mendorong reformasi di bawah pemerintahan PH melalui statusnya sebagai politikus veteran. Anwar adalah Menteri Keuangan dan Wakil Perdana Menteri pada pertengahan 90-an, dan baru-baru ini terpilih sebagai Presiden PKR. Hal tersebut dikutip Media Today Online pada Selasa (16/10/2018)
Media tersebut juga mengutip Dr Lim Teck Ghee, direktur Pusat untuk Kebijakan Inisiatif, sebuah think tank kebijakan di Kuala Lumpur, mengatakan kedua pemimpin tersebut tidak akan ingin memberi kesan bahwa mereka berselisih tentang kebijakan utama atau masalah reformasi. Mereka ingin Koalisi Pakatan Harapan kompak dengan saling menjaga diri.
Mr Anwar, 71, disumpah sebagai Anggota Parlemen Port Dickson pada Senin (15 Oktober) setelah kemenangannya dalam pemilihan di kursi parlemen pesisir di negara bagian Negeri Sembilan pada hari Sabtu.
"Saya berpegang pada keputusan saya sebelumnya. Saya tidak bermaksud untuk melayani dalam posisi apa pun, dan saya senang dengan posisi ini (sebagai backbencher)," kata Anwar Ibrahim kepada media Malaysia setelah mengambil sumpah jabatannya di Parlemen pada Senin (15/10/2018)