Mengukur Efektivitas Komunikasi Ganjar Pranowo Di Media Sosial

MONITORDAY.COM - Tudingan bahwa Ganjar Pranowo hanya tenar dan melakukan pencitraan di media sosial mulai sirna. Nama gubernur Jawa Tengah ini ada dalam rekomendasi hasil Rakernas Partai Nasdem. Setidaknya 29 DPW Partai Nasdem percaya bahwa Ganjar bekerja nyata di lapangan.
Ganjar memang tenar di media sosial. Ketenaran yang dapat membantunya menjalankan amanah pemerintahan. Sementara media sosial memiliki dampak positip dan negatip bagi demokrasi. Sisi positifnya terkait transparansi dan keterbukaan informasi kepada publik. Melalui media sosial para elit dapat mengkomunikasikan gagasan dan langkah-langkah yang sedang dijalankannya kepada publik.
Dalam hal penyampaian informasi kepada publik kita dapat melihat salah satu postingan Ganjar. Di saat para siswa dan orangtua siswa mencari ‘bangku sekolah’ Ganjar memposting mekanisme penerimaan siswa SMK.
“Salah satu cara SMKN Jateng saat menerima pelajar baru, setelah melewati proses seleksi administrasi para guru melakukan survei ke kediaman pendaftar. Melihat kondisi rumah serta perekonomian keluarga.” ungkap Ganjar melalui akun media sosialnya.
Postingan tersebut sangat tepat disampaikan agar segenap unsur dalam masyarakat ikut mengawal transparansi pelaksanaannya. Para penyelenggara negara yang bekerja di lembaga pendidikan khususnya yang terkait dengan sekolah kejuruan akan berusaha semaksimal mungkin bertindak adil dan sesuai prosedur yang telah digariskan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Melalui media sosial banyak laporan terkait layanan publik dapat disampaikan dan direspon dengan cepat. Memangkas birokrasi yang cenderung lamban. Dan memacu birokrasi menjadi semakin lincah dan berani membuat terobosan dalam menangani persoalan.
Sementara itu sisi negatif media sosial minim dalam akurasi substansi pesan yang disampaikan oleh semua untuk semua. Hoaks dan pemutarbalikan fakta untuk tujuan kampanye hitam sangat massif terjadi hingga hari ini. Undang-undang ITE hanya menjaring sebagian kecil pelaku fitnah melalui media sosial. Yang benar dapat dipersalahkan. Pembunuhan karakter terjadi hampir setiap waktu.
Pun para politisi sangat potensial menggunakan media sosial untuk melakukan manipulasi fakta. Tuduhan ini yang banyak dilontarkan para pesaing Ganjar. Politisi muda ini dianggap minim prestasi dan tidak patuh pada garis partai dalam beberapa sisi. Klaim atas sebuah keberhasilan dapat dilakukan meski faktanya banyak kelemahan dan kegagalan dalam pelaksanaan program.
Dalam politik yang serba mungkin lawan terberat justru muncul dari kawan seiring. Jika bukan karena sandiwara politik kritik sejumlah politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan terhadap Ganjar sangat keras dan menohok. Dalam beberapa kesempatan bahkan terang-terangan. Sebuah sikap yang menguji kemampuan Ganjar untuk menghadapi dan mengelola isu dengan kepala dingin.
Media sosial tentu memiliki keterbatasan. Publik bahkan sebagian elit mungkin melihat bahwa sosok yang setiap hari muncul di media sosial tidak memiliki cukup waktu untuk bekerja nyata. Padahal medsos hanya sebagian kecil kerja tim yang ada di sekitar Gubernur. Selebihnya rakyat tetap menunggu hasil dari ketuntasannya dalam menangani masalah di lapangan.