Mengambil Hikmah dari Politik Negeri Jiran

Kasus megakorupsi 1MDB di Malaysia tak kalah mencengangkan daripada kasus korupsi di Indonesia. Apa hikmah di balik pengungkapan peristiwa ini dan dinamika politik yang melibatkan 'pola segitiga rumit' antara Mahathir, Anwar Ibrahim, dan Najib Razak?

Mengambil Hikmah dari Politik Negeri Jiran
(c) freemalaysiatoday.com


MONDAYREVIEW – Tak ada yang abadi dalam politik, kecuali kepentingan. Getaran yang muncul dalam gempa politik yang mengguncang negeri jiran Malaysia begitu hebatnya. Betapa Mahathir Muhammad dan dua kader terdekatnya bersatu dan berseteru dalam drama politik paling menggetarkan.

Di tengah berita Bom Surabaya, getaran politik di negeri jiran itu masih menyita perhatian publik tanah air. Kedatangan Anwar Ibrahim memenuhi undangan BJ Habibie memperkuat resonansi perubahan yang sedang  memanggang penguasa lama Malaysia.

DR M, julukan Mahathir sudah berusia lanjut, 92 tahun. Namun pengaruh, kemampuan, dan tekadnya sangat kuat dalam memperbaiki keadaan bangsanya yang diterjang gelombang penyelewengan keuangan terbesar yang menjerat bekas jajahan Inggris ini.

Najib Razak, politisi yang mewarisi kekuasaan politik Barisan Nasional yang sudah berkuasa sejak 61 tahun silam. Barisan Nasional dalah koalisi paling solid yang pernah mengantarkan Malaysia ke puncak pencapaian kemajuan ekonomi dan stabilitas politik. Barisan Nasional terdiri dari UMNO, MCA, MIC, dan beberapa partai lainnya yang selalu menguasai mayoritas kursi di parlemen. 

Dan seperti adagium ‘power tends to corrupt’ maka demikianlah kejadiannya. Tahun 2015 Najib Razak pernah diselidiki karena dugaan menerima dana terkait 1MDB sekira US$ 700 juta. Aliran dana dari rekening 1MDB mengalir ke beberapa rekening pribadi Najib. Walau awalnya membantah, Najib akhirnya mengakui bahwa aliran dana itu hadiah dari keluarga Kerajaan Saudi. Tudingan itu sempat mengendap sekian lama. 

Departemen Kehakiman AS bahkan mengajukan gugatan dan menyita aset terkait skandal megakorupsi tersebut dalam jumlah yang mencengangkan. Uang tak kurang dari US$ 540 juta, lukisan karya Picasso, dan kepemilikan atas dua film Holywood dibeslah.   

Oposisi di Malaysia sebelum lahirnya Pakatan Harapan hampir tak pernah terdengar.  Pakatan Harapan yang berisi 4 parpol dimotori oleh Parti Keadilan Rakyat dan Parti Pribumi Bersatu Malaysia. Dalam pemilu raya mereka memenangkan 115 kursi. Jumlah tersebut sudah termasuk bergabungnya satu partai di negara bagian Sabah.

Pakatan Harapan sebagai nama koalisi pemenang pemilu raya sangat kuat mewakili asa puluhan juta rakyat Malaysia. Rakyat hampir kehilangan harapannya ketika kekuasaan Barisan Nasional sangat kuat mencengkeram dan hampir-hampir tak terkalahkan. Sementara itu aroma busuk skandal mega korupsi 1MDB sudah menyebar ke setiap penjuru negeri.  

Ketika Mahathir turun gunung, banyak pengamat menyangsikan efektifitasnya dalam menggalang oposisi di Malaysia mengingat usianya yang telah beranjak senja. Mahathir yang pernah berkuasa 22 tahun memang tahu betul kondisi politik Malaysia sampai ke urat-uratnya.   

DR Wan Azizah Wan Ismail, istri DR Anwar Ibrahim juga patut dicatat dalam sejarah Malaysia maupun sejarah perempuan yang berpengaruh dalam masa depan negerinya. Ia mendukung suaminya bahkan ketika suaminya harus menghadapi kasus hukum yang dahsyat. Apa lagi yang lebih dahsyat daripada vonis bersalah atas tuduhan melakukan sodomi terhadap sopirnya,

Wan Azizah tak hanya tampil membela, ia juga menggalang kekuatan PKR (Parti Keadilan Rakyat) yang identik dengan pendukung Anwar Ibrahim. Ia memimpin partai itu, melakukan konsolidasi tanpa henti, dan menjalin komunikasi dengan mantan mentor sekaligus mantan seteru suaminya.

Siapa sangka dengan perjalanan politik Anwar. Dari putra mahkota DR M, keadaan berbalik cepat menjadi seteru  yang paling dicurigai dan dibenamkan dengan tuduhan yang tak hanya mengurung raganya namun juga menenggelamkan nama baiknya. Sebagian orang tentu percaya dengan berbagai tuduhan yang dialamatkan kepada Anwar. 

Apakah pelajaran yang dapat kita ambil? Salah satunya adalah ruang untuk memaafkan harus selalu ada di dada kita. Pergesekan kepentingan memang akan terjadi dimanapun.