Mendikbud: Generasi Muda Islam Harus Paham Sejarah Pergerakan Islam Indonesia

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendi mengatakan bahwa generasi muda Islam harus paham dan mengerti sejarah pergerakan dan perjuangan umat Islam untuk bangsa Indonesia.

Mendikbud: Generasi Muda Islam Harus Paham Sejarah Pergerakan Islam Indonesia
foto : dok. Kemdikbud.go.id

MONITORDAY.COM – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendi mengatakan bahwa generasi muda Islam harus paham dan mengerti sejarah pergerakan  dan perjuangan umat Islam untuk bangsa Indonesia.

Hal ini disampaikan Mendikbud pada saat peresmian Museum Islam Indonesia Hasyim Asyari, yang berlokasi di Pondok Pesantres Tebuireng Jombang, Jawa Timur, Selasa (18/12). "Generasi muda harus paham betul sejarah pergerakan Islam di Indonesia," kata Muhadjir, seperti dalam siaran pers Kemendikbud.

Muhadjir mengatakan, Museum Islam Indonesia tidak hanya memamerkan koleksi berupa artefak dan peninggalan sejarah Islam di Indonesia saja. Namun, juga menjadi pusat ilmu dan tempat belajar masyarakat, khususnya generasi muda.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini menambhakan, tradisi pendidikan karakter di pesantren yang sangat khas akan memberi corak tersendiri dalam pengembangan museum. Karena itu, Ia berharap supaya semakin banyak masyarakat dapat memahami pesan dan meneladani nilai-nilai luhur yang tersembunyi di balik koleksi museum.

Lebih lanjut Mendikbud menegaskan, bahwa pihaknya  berkomitmen penuh untuk pengembangan koleksi dan tata kelola museum bertemakan sejarah Islam terbesar di Indonesia saat ini.

Salahudin Wahid, pimpinan pesantren Tebuireng Jombang, menyampaikan pentingnya Museum Islam Indonesia sebagai tempat mencari referensi tentang Islam di tanah air. Dan bahwa umat Islam di Indonesia menerima Pancasila sebagai dasar negara.

"Sekarang kita harus memberikan informasi pada masyarakat, supaya masyarakat paham bahwa negara kita perpaduan keindonesiaan dan keislaman sebagai bentuk dalam budaya, dalam hukum. Banyak sekali hukum kita (Islam) yang masuk undang-undang kita," tutur pria yang akrab dipanggil Gus Solah ini.

Cucu pendiri Nahdatul Ulama ini melaporkan bahwa museum yang berdiri di atas lahan seluas 4,9 hektare tersebut dibangun dengan menggunakan anggaran pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai bentuk penghormatan kepada ulama yang berjasa bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.