Membedah Falsafah Jawa Dalam Kampanye Politik Jokowi

Berbagai karya tulisan terkait Jokowi di berbagai media, sejak sebagai Capres hingga ditetapkan oleh KPU RI sebagai Presiden terpilih menjadi bahan utama dalam penulisan buku ‘Jokowi Digdaya Tanpa Aji’.

Membedah Falsafah Jawa Dalam Kampanye Politik Jokowi
soft launcing buku 'Jokowi Digdaya Tanpa Aji'

MONITORDAY.COM - Berbagai karya tulisan terkait Jokowi di berbagai media, sejak sebagai Capres hingga ditetapkan oleh KPU RI sebagai Presiden terpilih menjadi bahan utama dalam penulisan buku ‘Jokowi Digdaya Tanpa Aji’.

Hal ini diungkapkan oleh sang penulis buku Raylis Sumitra dalam acara soft launching di The Liter Tebet Jakarta Selatan pada Sabtu 3 Agutus 2019.

"Jadi buku ini isinya kumpulam essay kita yang populer di media kita konstruk bahwa perjalanan kampanye Jokowi hingga menang," kata Raylis.

Raylis menjelaskan bahwa pemilihan kalimat ‘digdaya Tanpa Aji’ yang dijadikan judul dari buku tersebut terinspirasi dari pepatah jawa kuno. Dalam segi usia, mungkin falsafah itu telah lama berkembang dalam kehidupan masyarakat Jawa akan tetapi hingga saat ini masih sangat releven digunakan.

Dia menerangkan Falsafah ini pun dipegang oleh Jokowi sejak dirinya terjun dalam perpolitikan saat mencalonkan sebagai  Walikota Solo hingga terpilih kembali sebagai Presiden untuk kedua kalinya dalam pilpres 2019.

“ Digdaya artinya tidak mempan segala jenis senjata. Digdaya secara batiniah tatkala kita tidak punya musuh, tidak pernah menyakiti hati orang, tepa salira dan tenggang rasa. Aji itu bisa berupa mantra atau benda (keris, akik, gada wesi kuning, dll), ” tutur salah satu eskpsonen aktivis 98 ini.

Dalam kegiatan soft launching buku ini, selain Raylis Sumitra sebagai penulis juga dihadiri oleh narasumber lain diantaranya Tyovan Ari Widadgo, Syaefuddin Ahrom AI Ayubbi, M.Si, Surya Fermana, dan Rahadi T Wiratama.