Membaca & Menulis Fondasi dari Berdebat

Untuk menumbuhkan bakat dan minat siswa memang harus dimulai dari membaca dan menulis.

Membaca & Menulis Fondasi dari Berdebat
Isdwiyani & Kirana Vidya Aisha Palupi (ditpsmp)

MONDAYREVIEW.COM - Indonesia adalah negeri yang memiliki para ahli debat unggul. Ada Sukarno, Hatta, Sjahrir, Natsir, Tan Malaka, Agus Salim yang merupakan para founding fathers Indonesia yang unggul dalam bertukar kata dan pemikiran. Kemampuan debat yang mumpuni tersebut berakar dari daya literasi yakni membaca dan menulis yang baik.

Isdwiyani guru Bahasa Indonesia SMPN 5 Yogyakarta menerangkan bahwa membaca dan menulis merupakan fondasi dari kemampuan debat yang baik.

“Untuk menumbuhkan bakat dan minat siswa memang harus dimulai dari membaca dan menulis. Setelah itu baru dikembangkan ke kegiatan keterampilan berbicara seperti debat, pidato, atau membaca teks-teks yang lain,” kata Isdwiyani seusai Upacara Penutupan dan Penganugerahan Pemenang di Hotel Grand Sahid Jaya, Ahad (29/10).

Isdwiyani merupakan guru pembimbing dari Kirana Vidya Aisha Palupi yang berhasil merengkuh medali emas pada Lomba Debat Bahasa Indonesia Olimpiade Literasi Siswa Nasional (OLSN) SMP Tahun 2017. Isdwiyani melakukan metode pelatihan dengan membiasakan peserta didiknya berada di posisi pro, kontra, dan netral.

“Biasanya latihannya di perpustakaan. Cari mosi lalu dipresentasikan. Dalam waktu yang sangat singkat, dia harus bisa menulis dan langsung menyampaikan. Baik itu pro, kontra, dan netral,” terang perempuan berjilbab ini.

Bagi Isdwiyani literasi adalah kunci dalam debat. Di samping itu ketekunan dan kerja keras diperlukan agar mahir dalam ranah debat.

“Ketika mosi pertama sudah selesai kita memberikan mosi-mosi yang lain, dan itu tidak boleh berhenti. Karena yang namanya mengajar menulis itu tidak mudah, karena menulis itu sebuah kegiatan kontinuitas. Agar tidak melunturkan atau menurunkan semangat. Kalau misalnya terhenti, dia akan jadi terhenti. Kalau tantangan di dunia debat, harus mau bekerja keras. Pertama, membaca, dan mau menulis tiga materi tadi. Ada pro, kontra, dan netral,” beber Isdwiyani.

Isdwiyani melakukan pengayaan dari pelajaran Bahasa Indonesia dimana terdapat materi diskusi.

“Dalam materi kelas VIII ada materi diskusi. Dan mengarahkan anak-anak tak hanya diskusi. Tapi untuk pengayaan kami melakukan kegiatan debat. Kebetulan mereka banyak yang antusias,” kata Isdwiyani seperti dilansir situs ditpsmp.

Membaca, menulis serta latihan intens merupakan bekal untuk memiliki kemampuan di ranah debat.

“Begitu kami lihat untuk ikut debat tidak mudah. Harus terus membaca dan menulis yang kadang ditakuti anak-anak. Ada yang punya minat, tapi kurang greget dalam menulis, maka diperlukan latihan. Untuk kegiatan debat ini saya menyampaikan orang berbicara tidak asal berbicara. Tetapi harus didasarkan fakta dan data. Sehingga orang tidak bisa lagi mendebat. Karena dengan bisa menyakinkan pembaca maupun pendengar,” ujarnya.