Mati Mendadak

MONITORDAY.COM - Akhir-akhir ini, media sosial digemparkan oleh pemberitaan seputar meninggalnya beberapa public figure di tanah air, setelah mengalami kecelakaan. Sangat memilukan memang. Tapi, itulah takdir Allah Swt, jika seseorang sudah sampai pada batas waktu penghujung usianya, maka Allah akan mengambilnya, dimana pun, kapan pun dan dalam kondisi apapun.
Allah Swt. memastikan hal tersebut dalam firman-Nya:
“..dan setiap umat mempunyai batas waktu (usianya); maka apabila telah tiba batas waktu (usia) nya, mereka tidak akan dapat menundanya meskipun hanya sesaat; dan ia pun tidak akan dapat memajukan/mempercepat (kematian) nya.” (QS. Al-Araf: 34).
Menghayati dan mentafakuri peristiwa-peristiwa kematian “mendadak” tersebut, kita dapat meraih beberapa pelajaran berharga, apalagi beberapa peristiwa musibah tersebut terjadi pada saat korbannya menumpangi kendaraan mewah dengan tingkat keamanan dan kenyamanan yang tidak diragukan lagi, namun meninggal juga.
Ini berarti, jika waktu kematian telah tiba, Malakal maut akan datang menjumpai kita, meskipun kita dijaga ketat dan berada di sebuah tempat dengan tingkat keamanan tertinggi. Karena itu, Al-Quran memberi peringatan dan penegasan, tidak ada satu pun yang dapat terlepas dari maut dan kematian:
“Di mana saja engkau berada, kematian pasti akan menjumpaimu, meskipun engkau berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh…” (QS An-Nisa: 78).
Lalu apa sebenarnya yang dimaksud “kematian mendadak” dalam asumsi masyarakat kita secara umum? Benarkah peristiwa mati mendadak tersebut ada?
Banyak orang yang mengasumsikan dan menyematkan istilah “mati mendadak” kepada mereka yang meninggal dunia padahal ia dalam keadaan sehat wal afiyat. Atau disematkan kepada mereka yang meninggal dalam sebuah musibah kecelakaan transportasi, baik di darat, laut maupun udara. Atau mereka yang terkena musibah bencana alam seperti longsor, banjir atau tanah yang ablas.
Untuk itu, masyarakat tidak akan menyebut mati mendadak pada mereka yang meninggal dalam keadaan terbaring sakit atau mereka yang meninggal dalam sebuah pertempuran.
Dalam pandangan Islam, tidak ada satu pun kematian yang terjadi secara tiba-tiba dan tanpa terencana. Bahkan di dalam beberapa ayat Al-Quran ditegaskan bahwa setiap makhluk hidup, pasti akan meninggal. Ini sudah pasti dan kita semua meyakininya.
Hanya saja, Allah Swt merahasiakan kapan ajal tersebut akan tiba? Dimana ia akan menimpa? Dalam keadaan apa kita? Segala sesuatu sudah tertulis dan terrencana dengan sangat sempurna di Lauhul Mahfudz, dimana catatan itu Allah tuliskan jauh sebelum kita terlahir ke muka bumi.
Dengan demikian, Islam tidak mengenal istilah “mati mendadak,” sebab segalanya sudah tertulis dan terencana di sisi Allah. Yang ada adalah: kita yang kurang mempersiapkan kematian kita, sehingga ketika seseorang merasa hidupnya sehat dan baik-baik saja, ia seolah-olah merasa jauh dari kematian. Padahal Allah Swt sudah menetapkan jadwal kematian untuk kita semua.
Adapun kecelakaan, musibah dan bencana, bukanlah sebab dari kematian. Ia hanya sebuah peristiwa yang menyertai kematian seseorang, dimana Allah telah menentukan, sebelum seseorang meninggal dunia, ia akan mengalami sebuah peristiwa kecelakaan atau musibah tertentu, lalu bersamaan dengan musibah itu, malaikat mencabut nyawanya. Itulah ketentuannya.
Buktinya, banyak orang yang mengalami kecelakaan serupa, tapi ia selamat. Ini membuktikan bahwa mereka yang selamat dari kecelakaan serupa adalah mereka yang jadwal kematiannya belum tiba.
Untuk itu, proses kematian bagi mereka yang mati dalam keadaan sehat maupun sakit adalah sama, tidak ada yang mendadak. Berikut adalah proses dicabutnya nyawa seorang hamba yang telah mencapai batas usianya:
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Sahabat al-Barra bin Azib meriwayatkan, suatu ketika Rasulullah Saw. bersama para sahabatnya mengantar jenazah seorang sahabat Anshar yang baru meninggal dunia. Jenazah itu dibawa ke pemakaman.
Sambil menunggu proses penggalian kubur, kami duduk di sekeliling Rasulullah Saw, dimana suasana sangat hening, tanpa suara dan tanpa gerak, seolah-olah terdapat burung yang hinggap di atas kepala-kepala kami.
Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Berlindunglah kalian semua dari adzab kubur”, Rasulullah Saw mengucapkan kata-kata itu tiga kali. Lalu beliau Saw. memegang sepotong kayu dan memukul-mukulkannya ke tanah.
Lalu, beliau Saw bersabda lagi:
“Sesungguhnya seorang hamba yang beriman, jika saatnya berpisah dengan dunia telah tiba dan ia menyongsong akhirat, malaikat dari langit akan mendatanginya dengan wajah putih bersih.
Wajah mereka seperti sinar mentari. Para malaikat tersebut membawa kafan dan wewangian dari surga. Lalu, para malaikat itu duduk di samping orang tersebut, sejauh mata memandang. Kemudian, datanglah malaikat pencabut nyawa dan ia duduk di dekat kepala orang beriman yang nyawanya akan ia cabut itu.
Lalu malaikat maut berkata: "Wahai jiwa yang baik/tenang (bersih dari dosa), keluarlah menuju ampunan Allah dan ridhaan-Nya". Lalu, ruh orang beriman tersebut akan keluar bagaikan air yang mengalir saat disiramkan. Setelah ruh tersebut keluar (dari jasad orang beriman), malaikat maut segera mengambilnya.
Lalu, para malaikat lainnya segera mengambil ruh tersebut dari malaikat maut dan meletakkannya di kain kafan dan wewangian dari surga tadi. Ruh orang beriman itu, mengeluarkan semerbak aroma wewangian kasturi terwangi yang ada di bumi.” (HR Baihaqi dan Ahmad).
Lalu Rasulullah Saw melanjutkan peringatan tersebut dengan mengisahkan prosesi pencabutan nyawa orang yang tidak beriman dan pendosa:
“Dan sesungguhnya seorang hamba yang kafir atau fajir (pendosa), ketika ia hendak berpisah dengan dunia untuk menghadap akhirat, akan datang padanya para malaikat dari langit, dengan berwajah musam dan hitam legam. Mereka membawa kain kasar dari neraka. Malaikat tersebut akan duduk di sisi si hamba, sejauh pandangan mata.
Kemudian datanglah malaikat maut lalu ia duduk di dekat kepala orang tersebut. Malaikat maut pun berkata padanya: “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan laknat Allah.” Maka ruh orang tersebut akan bercerai berai di dalam jasadnya dan ia akan ditarik seperti ditariknya sebatang besi panas membara dan bertanduk.
Lalu besi panas itu dimasukkan ke dalam kain, dimana tanduk-tanduk besi itu menyangkut ke serat-serat kain. Saat besi itu ditarik keluar, maka akan banyak bagian kain yang tertarik dan terkoyak, hingga terputuslah urat saraf orang tersebut.” (HR. Ahmad).
Menurut Imam al-Mundziri, para perawi yang meriwayatkan hadits tersebut adalah orang-orang yang dapat digunakan sebagai argument kesahihan hadits.
Demikianlah peristiwa kematian terjadi, baik pada orang yang sedang duduk santai, terbaring sakit maupun yang terkena musibah dan kecelakaan. Tidak ada kematian yang mendadak. Hanya saja, kita tidak tahu kapan rencana Allah Swt mencabut nyawa kita. Wallahu Alam Bishhawab.