The Power Of Niat

The Power Of Niat
Ilustrasi seseorang yang berniat karena kecintaan kepada Allah SWT

MONITORDAY.COM - Dalam sebuah hadits dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Hadits ini cukup populer menjadi bahan ceramah pasa asatidz dan mubaligh. Pembahasan mengenai niat pun tak asing di kalangan umat Islam. Jika ditelaah lebih dalam, ada makna yang luar biasa dari hadits ini. Ajaran Islam mengenai niat pun seharusnya bisa membuat perubahan luar biasa dalam kemajuan umat dan bangsa. Sayangnya niat masih dipahami sebagai formalitas dalam ibadah semata, belum menyentuh aspek lain dalam kehidupan. Oleh karena itu tulisan ini mencoba menyegarkan kembali pemahaman kita mengenai niat. 

Niat Bukan Hanya Dalam Ibadah

Bab niat sering kita temukan dalam pembahasan ibadah mahdhah. Misalnya dalam pembahasan wudhu, shalat dan mandi junub. Menariknya, hadits yang berbicara mengenai niat tidak sedang berbicara mengenai ibadah mahdhah. Melainkan dalam aktifitas yang sangat besar dan penting dalam sejarah Islam, yakni hijrah.

Hadits mengenai niat berbicara tentang orientasi seseorang dalam berhijrah. Ada orang yang berhijrah karena motif duniawi. Ada juga yang berhijrah karena motif ukhrawi. Dua motif ini berbeda nilainya di hadapan Allah SWT. Yang berhijrah semata karena motif duniawi, maka dia hanya akan mendapatkan hal duniawi saja. Sebaliknya, yang berhijrah karena motif ukhrawi, maka dia akan mendapatkan ganjaran dunia akhirat. 

Oleh karena itu niat mesti diterapkan dalam semua aktifitas kehidupan kita. Misalnya bekerja, apa niat kita? Hanya sekadar mencari uang atau ibadah? Atau makan dan minum kita, apakah diniatkan sebagai memenuhi rasa lapar dan haus semata atau untuk menguatkan stamina kita dalam beribadah? 

Jika dalam segala aktifitas kita berhasil meluruskan niat kita untuk ibadah, maka amalan kita akan bernilai. Sebaliknya jika kita lalai dalam meluruskan niat kita, boleh jadi amalan kita hanya akan bernilai di dunia saja. 

Niat Tidak Hanya Saat Mulai Beramal

Salah kaprah lainnya mengenai niat adalah bahwa niat hanya dilaksanakan di awal sebuah pekerjaan. Misalnya niat wudhu dan shalat dibaca hanya di awal saja. Dalam konteks ibadah mahdhah hal tersebut benar. Namun dalam konteks aktifitas sehari-hari, niat tidak cukup hanya dilakukan di awal. Misalnya kita mempunyai sebuah projek yang harus dikerjakan selama seminggu. Di awal projek kita berniat bahwa akan mengerjakan projek tersebut dengan benar. Di pertengahan, ada banyak gangguan dan godaan yang bisa membuat kita gagal dalam projek. Di sanalah kita harus memperbaharui kembali niat kita. 

Niat tidak cukup hanya dipahami sebagai deklarasi dari maksud sebuah amal. Niat juga harus dipahami sebagai orientasi dan tekad. Karena itu pelaksanaan dari niat tidak harus selalu di awal saja. Di saat tekad dan orientasi kita mulai melenceng, di sanalah kita harus kembali memperbaharui niat kita. 

Niat Tak Hanya Dengan Ucapan

Sebagian diantara kita berdebat soal apakah niat perlu diucapkan atau tidak. Sebuah perdebatan yang seharusnya sudah diakhiri karena tidak menyentuh substansi. Bagi yang menderita penyakit was was atau kurang yakin dalam hatinya, niat boleh diucapkan. Sebaliknya bagi yang bisa memfokuskan pikiran, maka niat bisa dipikirkan saja. Artinya diucapkan silahkan, di dalam hati juga silahkan.

Yang lebih penting adalah bahwa niat tidak boleh sekadar diucapkan atau dipikirkan, namun harus menjadi tekad atau keinginan kuat yang tertanam dalam hati. Ini yang terkadang dilupakan. Seseorang merasa cukup dengan ucapan atau pikiran akan melakukan sesuatu. Keinginan tersebut tidak ditanamkan kuat dalam hati. Hal ini menyebabkan niat tidak benar-benar terlaksana. 

Jika kita berniat dengan benar, maka amal kita akan berkualitas. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Mulk: 2, bahwa manusia diuji dengan kehidupan dan kematian agar diketahui siapa yang paling baik amalnya. Itulah the power of niat, atau kekuatan niat. Sesuatu yang sederhana namun akan berdampak luar biasa jika dilaksanakan dengan benar.