Maknai Momen Hardiknas, Ini 7 Poin Refleksi Pendidikan ala Sudarnoto Abdul Hakim
Pandemi Covid-19 yang berdampak sistemik dapat dijadikan bahan refleksi untuk merenungi pendidikan Indonesia.

MONITORDAY.COM - Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan, munculnya wabah Covid-19 dengan dampak yang multidimensional dan sistemik bisa dijadikan momentum untuk merenung secara mendalam dan melakukan refleksi terkait dengan pendidikan.
"Apalagi di saat kita menjalankan ibadah puasa," kata Pria yang akrab disapa Noto saat dihubungi monitorday.com, Sabtu (02//05/20).
Menurutnya, ada beberapa hal yang sangat relevan dan penting untuk diberi perhatian dalam kaitannya dengan pendidikan.
Pertama, perlunya mempertegas bahwa pendidikan yang seharusnya dikembangkan ialah yang tetap mendasarkan diri kepada falsafah bangsa yaitu Pancasila. Karena itu, lanjut Noto, orientasi penguatan watak, karakter, kepribadian manusia Indonesia yang sesungguhnya menjadi utama.
"Pendidikan kita haruslah berakar kuat kepada nilai-nilai yang selama ini kita miliki dan pegang teguh yaitu nilai-nilai relijius dan nilai budaya bangsa yang luhur," terangnya.
Kedua, Filsafat liberalisme, sekularisme dan pragmatisme yang sudah mulai terasa berpengaruh di sektor pendidikan tidaklah cocok dengan kebutuhan dalam menyiapkan dan membangun Indonesia ke depan.
"Karena itu harus ada upaya serius untuk menyiapkan sebuah rencana strategis renaissance pendidikan Indonesia," ujarnya.
Ketiga, fagasan ini tidak saja sekedar memberikan ruang yang memadai bagi membangun basis- basis kultural pendidikan, akan tetapi sekaligus menempatkan sains dan teknologi sebagai salah satu instrumen penting untuk membangun "kemaslahatan dan kerahmatan" bagi kehidupan.
"Sains dan teknologi bukan alat untuk eksploitasi yang justru akan merusak masyarakat, lingkungan dan peradaban. Spirit eksploitatif ini yang menjadi salah satu faktor rusaknya lingkungan kita saat ini," pumgkas Noto.
Keempat, Home schooling dengan dibantu oleh perangkat teknologi yang memadai menjadi sangat penting. Konsep "Back Home" ini menegaskan pentingnya peran sejati orang tua dan family dalam memperkokoh pendidikan secara jenuin. "Back Home" antara lain juga menegaskan spirit memperkokoh nilai keluhuran dan memperteguh "ruh, jiwa" dalam pendidikan sembari mengembangkan life skill, sains dan teknologi.
"Nilai-nilai seperti inilah yang harus ditransfer ke lembaga pendidikan," tuturnya.
Kelima, momentum WFH dan Learn and Study from home sebgai dampak penyebaran Covid 19, sambil mengambil momentum revolusi industri, bisa dijadikan sebagai milestone dimanfaatkan untuk membangun dan memperkuat sebuah budaya baru pendidikan yang berbasis kepada keluhuran nilai dan kekuatan sains teknologi.
"Rumah menempati posisi strategis dalam memperkokoh budaya ini," jelasnya.
Keenam, budaya baru ini akan mendorong orang tua berperan sebagai aktor pendidik uswatun hasanah pembentuk watak dan sumber inspirasi kemajuan anak anak. Dalam waktu yang bersamaan budaya baru ini juga mendorong para guru, dosen, menager pendidikan untuk kreatif, inovatif, produktif dan out of the box berselancar memperlebar perspektif dan jaringan.
Ketujuh, harapannya ke depan tidak ada generasi Indonesia yang hilang karena ketidaksiapan sistem pendidikan. Karena itu, pemerintah bertugas untuk melindungi anak anak bangsa agar mereka tetap memperoleh hak-hak pendidikan mereka secara merdeka, baik dan sempurna.
"Jangan dibiarkan anak anak Indonesia terinjak dan kehilangan kedaulatannya," tutup Noto.