LPSN Menggelorakan Budaya Literasi
Membaca sendiri merupakan bagian dari research, dimana diperlukan membaca berulang dan melakukan verifikasi.

LPSN, Jakarta – Penyair Taufiq Ismail pernah mengkritisi bahwa bangsa Indonesia merupakan negeri yang “rabun membaca dan pincang menulis”. Lalu ada juga hasil survei dari UNESCO pada 2011 yang menunjukkan indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1.000 penduduk yang masih mau membaca buku secara serius (tinggi).
Untungnya pendapat dan hasil survei tersebut 180 derajat dengan peserta Lomba Penelitian Siswa Nasional SMP (LPSN SMP). Diantaranya hal itu dapat dilihat pada 3 peneliti muda dari Jawa Timur. Adalah Keisha Shafira Azzahra, Shafira Azzahra, Fatih Kamila Pasya yang mengangkat judul penelitian “Dukungan Sosial Teman Sebaya Dalam Mengurangi Stres Pada Remaja Putri Korban Kekerasan Seksual Di Wilayah Mojokerto”. Untuk menghasilkan buah karya tersebut informasi dari buku dan internet pun ditelusuri oleh ketiga siswi dari SMP Al-Hikmah Surabaya tersebut.
“Kami membaca tak hanya dari buku, tapi juga dari internet. Matanya sampai merah, panas. Demi kemenangan dan bangsa Indonesia. Kita kan harus meneliti, walaupun mata sampai merah, panas, sampai kalau merem sakit,” kata Kamila di Hotel Grand Sahid Jaya, Rabu (11/10).
Membaca sendiri merupakan bagian dari research, dimana diperlukan membaca berulang dan melakukan verifikasi.
“Membaca suatu keharusan kalau kita sekolah. Ilmu itu direkam dengan ditulis. Mengetahuinya dengan dibaca sebanyak-banyaknya,” ujar Shafira Azzahra seperti dilansir situs ditpsmp.
“Kalau menulis kan lebih masuk lagi. Pas menulis kan membaca lagi jadi lebih masuk, lebih paham,” ujar Keisha melengkapi.
Sementara itu menurut juri Ilmu Pengetahuan Sosial, Kemanusiaan, dan Seni, Iroh Siti Zahroh angkat suara mengenai literasi dan Penguatan Pendidikan Karakter.
“LPSN luar biasa. Sekarang kita bergerak dengan kurikulum 2013. Dimana keterampilan abad 21 ialah kemampuan literasi dan ada Penguatan Pendidikan Karakter. Ini ajang yang paling tepat untuk memunculkan keterampilan abad 21,” kata juri Iroh Siti Zahroh di Hotel Grand Sahid Jaya, Rabu (11/10).