Lolos Kembali ke DPR, Begini Catatan Agun Gunandjar Soal Pemilu 2019
Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar, Agun Gunandjar Sudarsa memberi tanggapan terkait fenomena perolehan suara Pilpres 2019 yang tidak berbanding lurus dengan perolehan suara para caleg dari partai pendukungnya.

MONITORDAY.COM – Politikus senior Agun Gunandjar Sudarsa akhirnya lolos kembali ke Senayan. Dari 7 kursi yang diperebutkan di dapilnya, Agun berhasil memperoleh suara terbanyak keempat di dapilnya.
Merujuk pada perhitungan suara akhir di dapil Jawa Barat 10, meliputi Kuningan, Pangandaran, Ciamis dan Banjar, jumlah suara yang dikumpulkan mantan Ketua Komisi II DPR ini adalah sebanyak 59.045. Lalu setelah digabung dengan suara dari caleg-caleg lainnya dari partai Golkar adalah 173.415 suara.
Pertarungan di dapil ini memang amat keras, sehingga Golkar sendiri hanya bisa meraih satu kursi saja. Sisanya diraih PDIP, PKS, Gerindra, Demokrat, PPP, dan PKB. Ketujuh partai tersebut berbagi rata, satu kursi saja.
“Alhamdulillah bisa lolos kembali untuk yang keenam kalinya. Semua kader, simpatisan, dan relawan telah bekerja keras. Baik moril maupun materil,” ujar Agun kepada Monitorday, Jum’at (03/05/2019).
Melihat apa yang telah dilalui dan dirasakannya pada Pemilu 2019 ini, Agun Gunandjar lantas memberi tanggapan. Terutama dengan adanya perolehan suara Pilpres 2019 yang tidak berbanding lurus dengan perolehan suara para caleg dari partai pendukungnya.
Seperti yang terjadi di Jawa Barat, perolehan paslon 01 Jokowi-Ma'ruf Amin rendah, namun suara caleg dari partai pendukungnya sangat tinggi, bahkan di beberapa daerah menjadi partai pemenang.
Menurut Agun, hal tersebut terjadi karena partai politik yang ada tidak memperhatikan dua hal yang seharusnya diterapkan ketika Pileg dan Pilpres digelar bersamaan.
Pertama, kata Agun, konsistensi atas garis kebijakan/keputusan Partai dalam mengusung paslon pilpres. Kemudian kedua, soliditas partai dan seluruh elemen kekuatan pendukung.
"Sepanjang kedua persyaratan tidak dilakukan hasilnya pasti akan jauh berbeda. Tapi jika terpenuhi, hasil antara suara partai dan suara pilpres, tidak akan berselisih sangat jauh," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (3/5).
Agung mencontohkan, seperti kemenangan Kota Banjar untuk Paslon 01 menang 53 persen dan Golkar juara ke satu. Begitu juga kemenangan 01 di Kab Pangandaran dan Golkar juara ke dua serta PDIP juara ke satu. "Keduanya berkorelasi suara pileg dan pilres," ucapnya.
Namun, lanjut Agun, berbeda dengan kasus kemenangan paslon 02 Prabowo-Sandi di Kabupaten Kuningan dan Ciamis. Padahal partai pemenangnya PDIP sebagai pendukung paslon 01 di kedua daerah tersebut.
Menurut Agun, hal tersebut terjadi karena pada faktanya, konsistensi dan soliditas perjuangan partai pengusung dan para calegnya dari paslon 02 jauh lebih baik dibandingkan Partai dan para caleg pengusung Paslon 02.
"Jauh lebih baik 02 dibanding 01 di Ciamis dan Kuningan. Hal ini bisa dilihat dari hasil pileg 2019 dapil jabar 10 dan suara caleg-caleg terpilihnya," tambah Agun, yang juga Caleg DPR RI Dapil X Jawa Barat ini.
Menurut Agun, hal tersebut patut dijadikan pelajaran berharga untuk pengurus partai kedepan agar tetap solid dan satu suara dalam rangka mencapai target yang ingin dicapai.
"Pentingnya konsistensi dan Soliditas diantara sesama partai dan caleg yang telah mengikatkan diri. Jangan sampai berjuang sendiri sendiri," tandasnya.