Kenapa Hoaks Mudah Tersebar? Ini Penjelasannya
Ketika berinteraksi di dunia maya disarankan jangan mengedepankan emosional. Warganet diminta berpikir jernih dalam menanggapi diskusi yang terdapat di media sosial.

MONITORDAY.COM – Hoaks atau kabar bohong kembali ramai diperbincangkan setelah kepolisian menangkap kelompok yang disebut penyebar hoaks, Moeslim Cyber Army (MCA). Pada Agustus silam, polisi juga berhasil mengungkap jaringan kelompok hoaks Saracen.
Lantas, mengapa media sosial hari ini penuh dengan lintasan-lintasan kabar bohong? Pengamat Media Kanet Indonesia Yons Achmad menjelaskan, lintasan kabar di media sosial juga bisa menyentuh sisi emosional seseorang.
Artinya, seorang pengguna media sosial merasa kabar tersebut benar dan perlu diketahui orang lain, “Jadi kadang tak semua orang yang sebar hoaks itu jahat. Itu sebabnya diperlukan sikap rasional,” kata Yons saat dihubungi Monitorday.com.
Ia meminta, warganet berpikir kritis sebelum membagikan lintasan kabar di media sosial. Perhatikan pranala (link) yang memuat kabar tersebut. Jika berasal dari media daring (online), maka harus jelas medianya.
“Tetapi, yang diperlukan konkretnya adalah sikap reflektif. Artinya sebelum berkomentar atau berpendapat dipikir-pikir dan direnungkan dulu. Apa infonya benar, apa bermanfaat,” tuturnya.
Menurutnya, bisa jadi infonya benar, tetapi kalau tidak bermanfaat maka tak perlu disebar. Ketika berinteraksi di dunia maya disarankan jangan mengedepankan emosional. Warganet diminta berpikir jernih dalam menanggapi diskusi yang terdapat di media sosial.
[SA/San]