Layak Diganti, Jurus Mendag Atasi Lonjakan Harga Minyak Goreng Terbukti Zonk

MONITORDAY.COM - Pengamat kebijakan publik Trubus Rahadiansyah angkat bicara terkait isu reshuffle Kabinet Indonesia Maju Presiden Joko Widodo.
Menurutnya, Muhammad Luthfi layak diganti sebagai Menteri Perdagangan. Selain tak tunjukan kinerja yang baik, Lutfi juga tak mampu atasi soal harga minyak goreng yang meroket. Bahkan terjadi kelangkaan dimana-mana.
Trubus juga menilai, Lutfi kerap memberikan janji yang tak ditepatinya.
Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam juga buka suara soal Mendag Lutfi.
Mufti meminta Mendag Lutfi tak banyak janji. Sebab menurutnya, rakyat lebih butuh pasokan barang lancar dengan harga terjangkau ketimbang penjelasan dan janji-janji yang selama ini sudah kerap dilontarkan Mendag Lutfi.
“Saya kira yang paling penting itu jangan janji melulu, karena kasihan masyarakat. Kan kemarin itu janjinya minyak goreng di harga tertentu, ternyata sampai hari ini tetap mahal dan barangnya langka," ujar Mufti, dalam keterangan pers yang diterima Parlementaria, Selasa (1/3/2022).dua kali pula fakta di lapangan berbeda dengan desain kebijakan. Kebijakan pertama, penerapan satu harga Rp14.000 per liter. Kemudian kebijakan lainnya, penetapan harga Rp11.500 per liter untuk curah, Rp13.500 per liter untuk kemasan sederhana, Rp14.000 per liter untuk kemasan premium yang semestinya berlaku per 1 Februari 2022.
"Itu kan kebijakannya, janji kebijakannya. Fakta lapangannya, bahkan tembus di atas Rp20.000 per liter. Stoknya pun langka. Sampai hari ini barang mahal dan stoknya langka. Sampai hari ini,” kritik politisi PDI-Perjuangan itu.
Mufti melanjutkan, monitoring Kementerian Perdagangan terhadap kebijakan mengatasi lonjakan harga minyak goreng dinilai sangat lemah. Pasalnya, kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) ternyata tidak cukup signifikan berdampak di pasar.
"Hitung-hitungannya, dari DMO ini barang semestinya bisa memenuhi pasar. Tapi faktanya tetap mahal dan susah carinya, Saking susahnya, sekarang ini uang cari barang minyak goreng, bukan barang cari uang. Kalau sudah uang cari barang, berarti ada masalah manajemen pasokan yang luar biasa, yang itu sebenarnya tanggung jawab utama Mendag," jelas Mufti.
Mufti pun menegaskan bahwa kelangkaan minyak goreng bukan karena panic buying, namun karena kosongnya stok di pasar. “Tidak ada orang serbu-serbu borong barang, wong barangnya enggak ada,” seloroh Mufti.
Di akhir, legislator dapil Jawa Timur II tersebut juga menyoroti kegagalan Kementerian Perdagangan dalam membangun link and match antara pemegang DMO dan perusahaan pengemasan minyak goreng. Dirinya mendapat banyak keluhan dari perusahaan pengemasan minyak goreng.
Sebelumnya, Lutfi menyampaikan bahwa produk Indonesia memiliki kesempatan untuk berkompetisi dengan produk luar negeri baik dalam pasar lokal maupun global.
Menurutnya, hal itu merupakan bagian dari upaya peningkatan ekonomi nasional dan diharapkan bisa menjadi daya ungkit baru.
Dia menuturkan bahwa semua hal tersebut merupakan agenda utama yang akan dilakuknnya sebagai Menteri Perdagangan yang baru.
Dia juga diketahui pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Jepang. Terakhir, Lutfi menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Amerika Serikat.