Kripto Jadi Opsi Rusia Hadapi Kejatuhan Rubel

Kripto Jadi Opsi Rusia Hadapi Kejatuhan Rubel
Putin dan Kripto @bitcoin.com

MONITORDAY.COM - Salah satu fenomena menarik dari Perang Rusia-Ukraina adalah imbasnya pada penguatan uang kripto. Tekanan pada mata uang Rusia mendorong para pelaku usaha dan pemilik modal di Rusia untuk memindahkan hartanya ke uang kripto yang cenderung minim pengaruh konflik politik.  

Kondisi ekonomi Rusia memang cukup berat. Hujan peluru Rusia ke Ukraina dibalas Barat dengan hujan sanksi. Berbagai sanksi yang dijatuhkan oleh Barat kepada Rusia telah membuat nilai tukar mata uang rubel merosot. Awal pekan ini, rubel sempat anjlok ke level 104 rubel per dollar AS. 

Uni Eropa telah membekukan aset bank sentral Rusia, dengan tujuan memutus akses pendanaan Rusia. Dibekukannya aset bank sentral, Rusia tidak mampu mengakses aset dalam bentuk dollar AS untuk meredam dampak penurunan nilai tukar rubel.

Banyak investor memilih beralih dari rubel ke aset kripto. Meskipun memiliki volatilitas tinggi, kripto dinilai lebih tahan terhadap tensi geopolitik antar negara. Ini memberi peluang bagi uang kripto sebagai alternatif dalam menciptakan keseimbangan global setidaknya dalam ranah ekonomi. 

Peralihan dari rubel ke kripto mengakibatkan kripto-kripto besar terpantau terus menguat. Bitcoin harganya menguat 2,21 persen pada sesi perdagangan pagi hari ke level 44.029 dollar AS, atau setara Rp 631,4 juta per keping. Pasar aset kripto atau cryptocurrency masih melanjutkan penguatannya 

Sebagian besar orang lebih memilih untuk beralih ke kripto jenis tether ketimbang bitcoin. Tether dikenal dengan kripto yang stabil dengan harga setara 1 dollar AS. Ethereum masih menguat 0,5 persen ke level 2.926 dollar AS per keping. Penguatan ini tentu tidak dapat dijadikan pegangan dalam jangka panjang mengingat situasi politik Ukraina juga belum dapat dipastikan segera. Namun hal itu menjadi opsi terbaik dalam jangka pendek bagi Rusia.   

Perang Ukraina juga memberi dampak pada naiknya harga minyak mentah dunia. Jerman menjadi salah satu negara Barat yang harus menghadapi keadaan menipisnya cadangan energi mereka. Di sisi lain Jerman menjadi salah satu kekuatan utama NATO dan Uni Eropa yang menjadi sasaran utama sekaligus tidak langsung dari aksi militer Rusia. 

Sementara pihak Binance mengatakan pada hari Senin (28/2/2022) bahwa mereka akan memblokir akun individu Rusia yang telah dikenai sanksi, tetapi tidak akan "secara sepihak" membekukan akun semua pengguna Rusia. Komentar itu muncul setelah wakil perdana menteri Ukraina meminta pertukaran mata uang kripto utama untuk memblokir semua akun pengguna Rusia.

Pihak Binance berpendapat bahwa kripto dimaksudkan untuk memberikan kebebasan finansial yang lebih besar bagi orang-orang di seluruh dunia. Menurut mereka, memutuskan secara sepihak untuk melarang akses orang ke kripto mereka akan bertentangan dengan alasan mengapa kripto ada.