Pentingnya  Dompet Virtual bagi UMKM dan Start-up Bisnis

Apakah kemajuan digital akan meningkatkan disparitas pendapatan atau justru dapat mendorong pemerataan pendapatan? Jawabannya terpulang pada idealisme warga bangsa untuk mengelaborasi nilai-nilai keadilan sosial yang diyakininya.

Pentingnya  Dompet Virtual bagi UMKM dan Start-up Bisnis
ilustrasi dompet virtual

MONITORDAY.COM - Apakah kemajuan digital akan meningkatkan disparitas pendapatan atau justru dapat mendorong pemerataan pendapatan? Jawabannya terpulang pada idealisme warga bangsa untuk mengelaborasi nilai-nilai keadilan sosial yang diyakininya. Nilai keadilan sosial yang bersumber dari agama, ideologi negara, maupun norma-norma sosial selalu menginspirasi banyak pihak untuk memperjuangkannya.

Para pemangku kepentingan baik pemerintah maupun organisasi non-pemerintah, dan kalangan swasta memiliki peran dan fungsinya masing-masing dalam mewujudkan Indonesia 4.0. Bank Indonesia misalnya, telah mewujudkan NPG (National Payment Gateway) sebagai infrastruktur penting dalam meningkatkan kinerja layanan transaksi keuangan di Indonesia.

Secara sederhana NPG akan menjadikan Indonesia menjadi rumah dan jendela bagi data dan pengolahan data transaksi keuangan. Selama ini transaksi keuangan kita menggunakan antara lain layanan Visa dan Mastercard, diproses di luar negeri dan kembali masuk ke Indonesia dalam bentuk tagihan. Dengan NPG sendiri layanan itu dapat dipindahkan di dalam negeri. Dengan demikian ragam dan kualitas layanan keuangan pun akan bisa ditingkatkan secara signifikan.

Kabar baik ini perlu direspon berbagai fihak termasuk koperasi dan UMKM. Salah satunya dengan menggagas Dompet Virtual yang dapat mendorong kualitas layanan keuangan. Salah satu yang menjadi catatan penting dalam edukasi dan advokasi bisnis UMKM adalah pentingnya memisahkan dana pribadi dan modal usaha. Maka penting untuk menghadirkan dompet virtual yang khusus digunakan untuk transaksi bisnis.

“Di lapangan sudah ada koperasi yang menjadi pemasok bahan makanan untuk hotel dan rumah makan yang menggunakan aplikasi online dan pembayaran digital dalam transaksi dengan end-user. Namun transaksi antara koperasi dengan para pedagang yang menjadi pemasok beras, daging, sayur-mayur dan berbagai komoditas pangan itu masih dilakukan secara tunai.”, kata Hanes Hendri, pegiat Ekonomi Islam yang juga eksekutif di salah satu provider telekomunikasi.

Peluang untuk memperluas penggunaan layanan digital dalam manajemen inventori maupun transaksi keuangan inilah yang akan sangat berarti dalam meningkatkan daya saing koperasi dan UMKM. Transaksi keuangan yang cepat akan menguntungkan bagi semua fihak. Keterbatasan modal para pedagang kecil dapat diatasi. Perputaran barang dan modal bisa dioptimalkan.

Pilihan bagi UMKM untuk menggunakan layanan yang sudah tersedia tentu terbuka. Penggunaan dompet virtual GoPay, T-Cash, Sakuku, Doku, dan E-mandiri menunjukkan inklusifitas yang semakin luas melibatkan berbagai kalangan. Demikian juga dengan OVO yang sangat cepat mengejar para pemain lama di bisnis digital payment. Dan sebentar lagi Alipay serta Wechat Pay akan masuk menggandeng BNI sebagai bank besar yang telah memiliki aplikasi Yap (Your All Payment).

Gagasan untuk menghadirkan layanan pembayaran digital yang berbasis koperasi dan UMKM akan bersaing dengan berbagai layanan di atas. Poin pentingnya adalah inklusifitas. Para pedagang kecil yang tidak mempunyai rekening bank bisa melakukan transaksi keuangan non-tunai. Dan transaksi bisa dilakukan secara vertikal (misalnya antara koperasi dengan anggotanya) dan secara horisontal ((antar anggota koperasi atau antara merchant yang satu dengan yang lain).    

Persoalan yang dihadapi oleh UMKM ini juga dapat ditransformasikan menjadi peluang bagi para wirausahawan sosial (socioentepreneur) untuk mengambil peran mediasi antar pemangku kepentingan baik regulator maupun operator dalam ekosistem bisnis UMKM. Dan pada ujungnya dapat mewujudkan keadilan sosial melalui pemerataan pendapatan dan kesempatan untuk berusaha.