Konsep Islami Ilmu Pengetahuan
DEWASA ini telah terjadi keterbelakangan dan kemunduran yang dialami oleh umat Islam, merupakan kondisi yang berbanding terbalik jika dilihat kemajuan dialami oleh Barat dalam bidang ilmu pengetahuan yang begitu pesat dan signifikan

DEWASA ini telah terjadi keterbelakangan dan kemunduran yang dialami oleh umat Islam, merupakan kondisi yang berbanding terbalik jika dilihat kemajuan dialami oleh Barat dalam bidang ilmu pengetahuan yang begitu pesat dan signifikan.
Disatu sisi umat Islam masih bergulat dengan berbagai permasalahan keterbelakangan sosial, ekonomi, dan kultural sementara pada sisi yang lain Barat begitu menikmati kejayaan dalam bidang sosial, ekonomi, teknologi dan lain-lain.
Kondisi tersebut di atas menarik perhatian dan keprihatinan dikalangan pemikir dan cendikiawan Muslim beberapa dekade yang lalu agar menyerukan adanya pengembangan sains kembali kepada induknya, yaitu Islam. Ada beberapa tokoh yang mengkritik pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang terpisah dari ajaran agama. Antara lain Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Ismail Raji Al- Faruqi, dan Sayyed Hossein Nasr. Kritik tersebut bertujuan agar ilmu pengetahuan dapat membawa kepada kesejahteraan bagi umat manusia. Pengembangan ilmu pengetahuan perlu dikembalikan kepada kerangka dan persfektif ajaran Islam.
Dalam buku “ Islamisasi Sains”, Handrianto melihat peran utama ketiga tokoh di atas sebagai penggagas Islamisasi ilmu pengetahuan. Al-Attas misalnya sebagai penggagas awal ide Islamisasi ilmu pengetahuan disebutkan oleh Wan Daud dalam bukunya “The Education Philosophy” telah menemukan tiga di antara temuan ilmiah terpenting dunia Islam abad ini yaitu problem terpenting yang dihadapi umat Islam saat ini adalah masalah ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan modern tidak bebas nilai (netral), dan umat Islam perlu mengislamkan ilmu pengetahuan masa kini.
Sedangkan Sayyed Hossein Nasr melihat perlunya usaha Islamisasi ilmu modern pada tahun 1960-an dalam konteks sains Islam. Beliau meletakkan aspek teori dan praktek melalui karyanya yang berjudul Science and Civilization(1968) dan Islamic Science (1976).
Sementara itu, Islamisasi ilmu pengetahuan menurut al-Faruqi dimaknai sebagai upaya pengintegrasian disiplin ilmu modern dengan khazanah warisan Islam. Dengan demikian, umat Islam harus membagi kemudian mengklasifikasikan disiplin ilmu-ilmu modern yang sesuai dengan pandangan dunia dan nilai Islam atau dengan versi lain Islamisasi ilmu pengetahuan adalah suatu upaya untuk menyusun dan membangun hubungan disiplin ilmu dengan memberinya dasar baru yang konsisten dengan ajaran Islam.