Komika, Antara Yang Lucu dan Menghina

Beberapa Komika dilaporkan ke polisi, karena dianggap telah menghina. Warga pun makin sadar mana lawakan yang cerdas atau hanya sensasi

Komika, Antara Yang Lucu dan Menghina
joshua suherman

MONDAYREVIEW, Jakarta – Stand Up Comedy semakin digandrungi belakangan ini, khususnya oleh anak-anak muda. Di dunia, terutama di Amerika Serikat, stand up comedy muncul sejak lama. Ada yang menyebutkan sudah ada sejak abad ke-18. Makin berkembang di tahun 1960-an.

 

Lawakannya yang khas dan terkesan cerdas memancing kalangan muda untuk ikut bermain.. Materi Stand Up Comedy biasanya digali dari pengalaman hidup sehari-hari, stand up comedy juga kental dengan nuansa kritik.

 

Namun belakangan ini, beberapa komika di Indonesia diprotes bahkan harus berurusan dengan hukum lantaran materi yang dibawakannya. Niatnya mengkritik lewat humor, tetapi dipandang berbeda oleh sebagian umat Islam.

 

Terakhir misalnya, yang menimpa Joshua Suherman.   Joshua dilaporkan Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) ke Bareskrim Polri, Selasa lalu (8/1/2017), karena lawakannya dinilai telah menghina agama Islam.

 

Setidaknya ada tiga pasal yang dijeratkan kepada  Joshua. Yakni Pasal 27 ayat 3 tentang pencemaran nama baik, Pasal 28 ayat 2 tentang SARA dan Pasal 156 A tentang penistaan agama Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

 

Sebelum dilaporkan, Joshua sempat diberi kesempatan untuk meminta maaf lewat pesan di media sosial, namun tidak ada respon. Sebaliknya, Joshua memilih mendatangi sekretariat LBH Anshor, untuk meminta bantuan hukum.

 

Menurut Ketua LBH Anshor Achmad Budi Prayoga, materi lawakan yang dibawakan Joshua tidak menyinggung ajaran agama. "Artinya, mereka tidak menyinggung misalnya soal puasa, shalat, ayat Al-Quran. Kami sudah melihat dan mengkaji videonya," katanya. Achmad menekankan perlunya klarifikasi sebelum menghakimi.

 

Joshua yang akrab dipanggil Jo ini dituduh menista agama lewat materinya tentang popularitas Anisa Rahma dan Cherly Juno saat masih sama-sama bergabung dalam girlband Cherryballe. Jo menyebut kenapa Anisa lebih popular dibanding Cherly lantaran Anisa kini taat menjalankan agama Islam.

 

Selain Joshua, ada beberapa komika yang sempat tersandung kasus serupa, dituding telah melakukan penghinaan lewat cuitan di media sosial antara lain, Ge Pamungkas, Ernes Prakasa dan Uus.

 

Ge Pemungkas baru-baru ini diprotes karena dianggap menghina Islam lantaran membandingkan respons masyarakat atas kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

 

Warganet merespons keras, ancaman boikot pun di lontarkan kepada pemain film Susah Sinyal ini. Tak ingin kontroversi berlarut-larut, Ge menyampaikan maaf lewat akun instagramnya. Ia memberi klarifikasi atas materinya yang menimbulkan beragam tafsir. Kini postingan tersebut sudah dihapus oleh Ge.

 

Sedangkan, Ernest Prakasa sempat mendapat kecaman setelah menyebut Ulama Internasional Zakir Naik sebagai penyumbang dana ISIS di twitternya pada awal Maret 2017. Tak hanya itu, Ernest juga membawa-bawa nama Wakil Presiden RI Jususf Kalla dalam cuitannya. Ernest dianggap telah menghina ulama.

 

Sebagai aksi protes, warganet ramai-ramai menyerukan boikot segala yang bersangkutan dengan Ernest. Salah satunya Tolak Angin, produk yang iklannya dibintangi Ernest. Tak ingin berdampak pada penjualan produk, pihak Tolak Angin merespons dengan tidak memperanjang kontrak Ernest.

 

Ada lagi, Uus yang bernama lengkap Rizky Firdaus Wicaksana yang disemprot warganet karena dianggap menghina Habib Rizieq Shihab. Akibatnya, komika ini harus menerima kehilangan beberapa kontrak program di stasiun televisi swasta. Mesakipun Uus sudah meminta maaf, namun penghinanya selalu diingat.

 

Pada tahun 2016, Uus juga pernah terseret  masalah karena menyinggung cewek-cewek berhijab yang menangis saat nonton konser Kpop. Uus menyebu percuma berhijab kalau Cuma buat nutup aurat, tetapi tidak berdampak pada akhlak.

 

Apakah mereka telah menista agama?

Siapa pun bisa memiliki pemahaman atau tafsir yang berbeda terhadap satu ujaran. Namun, pada akhirnya semuanya akan diuji di pengadilan

 

Masyarakat diharapkan makin tersadarkan mana lawakan yang cerdas dan berbobot, dan mana yang hanya mencari sensasi.  Kebebasan berekspresi jika disalahgunakan, bisa saja menabrak rambu-rambu sosial maupun agama.  Bencana bisa berawal dari kata-kata. Karena itu, berhati-hatilah menjaga lisan kita.  (Suandri Ansah)