KLB Dicabut, Gizi Buruk Berlanjut
.

MONITORDAY.COM, Asmat, Papua -- Status Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak dicabut pada Selasa (6/2/2018) tercatat 72 anak telah meninggal dunia dan korban campak 66 anak. Namun, ancaman penyakit dan gizi buruk belum berakhir.
Wakil Bupati Asmat Thomas E Safanpo pada Rabu (7/2/2018) menuturkan, masih tersisa 3 pasien campak dan 11 gizi buruk yang dirawat di RSUD Asmat di Agats.
Pantauan di RSUD Asmat, masih banyak warga yang datang untuk perawatan. Salah satunya Dina Tosen, warga Distrik Sawerma. Ia berangkat ke Agats untuk mengantar anaknya, Maria, yang terkena gizi buruk dan malaria.
"Sudah satu minggu saya di sini," katanya. Ia datang ke Agats bersama suami dan dua orang anak, termasuk Maria.
Pasien lainnya, seorang balita bernama Kasemirus Aices (3). Ia terkena gizi buruk dan malaria. Ia di bawa ayahnya, Elias Paok dari Distrik Joerat lewat jalan sungai selama dua jam.
"Anak saya ada 11, ini yang kelima. Enam sudah meninggal kena malaria," kata Elias. Sehari-hari, Elias bekerja sebagai nelayan, ia terpaksa tak melaut belakangan ini.
Mei, petugas RSUD Asmat mengatakan, sampai Kamis (8/2) kemarin, ada 7 pasien gizi buruk dan komplikasi yang masih dirawat. Rata-rata balita.
"Kemarin sempat dirawat di ICU, tetapi sudah mendingan," katanya. Mei menambahkan, pasien gizi buruk melonjak selama KLB berlangsung.
Tak jarang pasien yang sudah dinyatakan sehat datang kembali membawa anaknya. Mei mengatakan, pendampingan orang tua saat pemulihan tak berjalan maksimal.
"Kemarin tiga pasien ada yang sudah pernah pulang, sekarang masuk lagi. Kurang asupan gizi," tutur Mei.
Hal serupa terjadi di Distrik Siret, 4 jam perjalanan sungai dari Agats. Di puskesmas sana ada sekitar 17 anak penderita campak dan gizi buruk selama KLB berlangsung. 6 pasien dirujuk ke RSUD Asmat. Sebagian pasien yang sudah dipulangkan kembali lagi pasca KLB dicabut.
"KLB dicabut kemarin sudah dibawa pulang, cuma kemarin masih ada datang kasus campak," kata perawat puskesmas Yausakor, Distrik Siret, Reza Darise. Rata-rata pasien menderita komplikasi gizi buruk, campak, dan malaria.
Kasus KLB membuka realita betapa penyakit begitu rawan menghinggapi masyarakat. Malaria, campak, demam, lumpuh, penyakit kulit, gizi buruk, hingga kematian.
[Suandri Ansah]