Kilas Pendidikan Tahun 2021: Derap Langkah Sekolah Penggerak

Kilas Pendidikan Tahun 2021: Derap Langkah Sekolah Penggerak
Sumber gambar: kemdikbud.go.id

MONITORDAY.COM - Program Sekolah Penggerak merupakan ikhtiar Kemendikbud untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Adanya sekolah penggerak diharapkan dapat membuat sekolah-sekolah dengan kualitas rata-rata bisa menjadi sekolah teladan. 

Menurut Koordinator Program Sekolah Penggerak Paud Dasmen Mulyatsyah mengatakan bahwa ada dua tujuan dari diselenggarakannya Program Sekolah Penggerak.

Pertama memajukan pendidikan dan membuat sekolah mandiri dalam operasionalnya. Sekolah penggerak juga diharapkan dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila di kalangan peserta didik. 

"Tujuan utama dari Sekolah Penggerak ini adalah untuk mewujudkan misi pendidikan Indonesia ke depan, yaitu bagaimana membuat pendidikan kita maju mandiri, kemudian anak-anak berkepribadian berprofil pelajar Pancasila," ujar Mulyatsyah. 

Dia menambahkan bahwa tujuan Program Sekolah Penggerak adalah membuat lingkungan sekolah yang kondusif dan menyenangkan untuk pembelajaran. Sekolah penggerak juga diharapkan dapat membuat pusat pembelajaran ada di siswa, tidak lagi guru. 

"Lingkungan belajar di Sekolah Penggerak itu harus aman, nyaman, inklusif dan menyenangkan, itu prinsipnya. Lalu proses belajar harus berpusat kepada siswa, jadi bukan lagi kepada guru karena siswa itu kan punya keragaman, nggak bisa lagi disamain antara siswa satu dengan yang lain," tambahnya.

Program Sekolah Penggerak yang dicanangkan Kemendikbud mempunyai target jangka panjang yang ingin dicapai. Ditargetkan pada akhirnya, 100 persen sekolah di Indonesia, di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota se-Indonesia dapat menjadi peserta sekolah penggerak.

Jika target itu tercapai, artinya sekolah kita telah bertransformasi menjadi sekolah yang unggul dan menerapkan konsep merdeka belajar. Adapun dalam 4 tahun ke depan, Kemendikbud merencanakan Program Sekolah Penggerak akan digelar di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota. Adapun jumlah sekolah yang menjadi target program 40.000 sekolah. 

Rincian dari target tersebut adalah: 

Tahun Ajaran 2021/2022 : 34 Provinsi, 111 Kabupaten/Kota, 2.500 Sekolah Penggerak

Tahun Ajaran 2022/2023 : 34 Provinsi, 250 Kabupaten/Kota, 10.000 Sekolah Penggerak

Tahun Ajaran 2023/2024 : 34 Provinsi, 514 Kabupaten/Kota, 20.000 Sekolah Penggerak

Tahun Ajaran 2024/2025 : 34 Provinsi, 514 Kabupaten/Kota, 40.000 Sekolah Penggerak

Merespon peluncuran program ini, Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (Kornas P2G) mengatakan bahwa sekolah penggerak dalam mekanismenya harus melalui seleksi terlebih dahulu. Hal ini membuat bahwa yang lolos adalah sekolah-sekolah yang unggul saja. Padahal seharusnya pemerintah mengafirmasi sekolah-sekolah di pinggiran. 

"Realitasnya, di masyarakat masih banyak sekolah yang belum terakreditasi dan akreditasinya C. Namun sekolah penggerak yang dipilih melalui seleksi terlebih dahulu kecil kemungkinan akan mengakomodir sekolah pinggiran. Padahal seharusnya fokus pemerintah bukan kepada sekolah yang sudah baik, namun kepada sekolah pinggiran. Ini baru adil." ujar Satriawan dalam webinar Peta Jalan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Mardani Ali Sera. 

Satriawan juga menyoroti program guru penggerak dimana di masa covid-19 ini dilakukan pembelajaran daring. Sementara belum semua guru memiliki akses terhadap gawai pintar yang digunakan untuk belajar online. Ini yang harus diprioritaskan pemerintah. 

"Guru penggerak pun masih belum bisa menyentuh semua guru, karena belum semua guru mempunyai gawai untuk belajar daring." pungkasnya. 

Dilansir dari laman Ditjen GTK Kemdikbud RI, Nadiem mengatakan bahwa input dari sekolah penggerak bervariasi. Berbeda dengan sekolah unggulan dimana inputnya rata-rata sudah berkualitas. 

“Kita tidak akan mengubah input sama sekali. Jadi bukan kita pilih sekolah karena sosio ekonominya lebih tinggi. Kita akan memilih suatu range pada sekolah-sekolah dimana tingkat ekonomi siswanya sangat variatif,” kata Mendikbud Nadiem Makarim saat peluncuran Merdeka Belajar Episode 7.

“Jadi kita bukannya mengubah input. Karena kalau mengubah input, itu namanya bukan program transformasi, itu kita menggunakan ya memang anak-anak yang punya tingkat literasi lebih tinggi yang masuk dalam sekolah itu,” sambung Nadiem.

Dijelaskan lebih lanjut, perbedaan Program Sekolah Penggerak dengan Sekolah Rujukan adalah sebagai berikut:

1. Sekolah Penggerak merupakan program kolaborasi antara Kemdikbud dengan Pemerintah Daerah

2. Terdiri dari 5 jenis intervensi yang terintegrasi berupa pendampingan konsultatif dan asimetris kepada Pemerintah Daerah, pelatihan dan pendampingan kepala sekolah dan guru, pembelajaran dengan paradigma baru, perencanaan berbasis data, dan digitalisasi sekolah

3. Memiliki ruang lingkup untuk jenjang PAUD, SD, SMP, SMA dan SLB, baik sekolah negeri dan swasta mencakup seluruh kondisi

4. Dilakukan secara berkelanjutan, hingga seluruh sekolah di Indonesia menjadi Sekolah Penggerak

Adapun Program Sekolah Model atau Sekolah Rujukan merupakan program Pusat dengan intervensi parsial, berupa:

1. Bimtek

2. Bantuan Pemerintah

3. Ruang lingkup tidak mencakup seluruh kondisi sekolah

Program Sekolah Penggerak menyasar sekolah yang memiliki kondisi awal berbeda-beda. Melalui intervensi yang dilakukan, diharapkan setiap sekolah akan bergerak ke arah yang lebih baik.

Indikator keberhasilan adalah progres, yaitu bagaimana sekolah tersebut dapat menggerakkan dirinya dan pada akhirnya menggerakkan sekolah lain dan bukanlah kondisi akhir dari sekolah itu sendiri.