Kezaliman Muncul Jelang Hari Santri

MONITORDAY.COM - Hari Santri Nasional akan datang dalam waktu dekat, tepatnya pada 22 Oktober 2021. Hari Santri pertama kali dicetuskan oleh kaum nahdhiyin sebagai peringatan terhadap resolusi jihad yang dipimpin pahlawan nasional, pendiri ormas Nahdhatul Ulama, K.H. Hasyim Asy’ari. Dimana saat itu, K.H. Hasyim Asy’ari menyerukan umat islam untuk ikut terjun langsung dalam mempertahankan kemerdekaan sebagai bentuk jihad di jalan Allah.
Namun nampaknya, kemerdekaan yang sudah diperjuangkan tidak bertahan lama, penjajahan berupa kezaliman terhadap santri masih terjadi hingga detik ini. Misalnya, tahun 2016, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menuding pesantren sebagai sarang teroris. Menurut Prof. Din Syamsuddin, BNPT semestinya tidak memukul rata klaim tersebut. Hal tersebut bisa mengundang keresahan masyarakat akan keberadaan pesantren, padahal pesantren sudah lama berdiri sebagai lembaga pendidikan agama yang mencetak kader ulama terbaik.
Akhir-akhir ini juga sering terdengar kabar tidak mengenakkan berkenaan dengan santri dan pesantren. Seperti berita yang dilansir dari SuaraJogja.id (24/06/21) bahwa terdeteksi adanya pelecehan seksual yang dialami seorang santri oleh oknum ustadz di sebuah pesantren Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Aksi amoral oknum pesantren itu tidak hanya terjadi di Pulau Jawa. Puluhan santri di Ogan Ilir, Sumatera Selatan mengaku pernah dizalimi oknum guru. Di awal penyelidikan Polda Sumsel, sebanyak 12 santri melapor sebagai korban sodomi pelaku. Setelah dibangun posko pengaduan di kantor Polda, ada 14 santri lagi yang datang ke posko, sehingga total korban pelecehan sodomi sebanyak 26 santri. (Sumber: iNewsSumsel.id 18/09/21)
Kabar tersebut membuat geram para orangtua. Sebab dengan adanya kasus ini, orangtua menjadi lebih was-was untuk menyekolahkan anaknya di pesantren. Bahkan muncul sikap anti terhadap pesantren. Juga terciptalah stigma bahwa kini pesantren bukan lagi tempat yang aman untuk menuntut ilmu. Fatal, bukan?
Miris sekali memang, jelang hari santri nasional, kezaliman malah semakin menjadi-menjadi. Kasus demi kasus bergulir menggoda kesadaran kita. Apa kabar moral? Rupanya saat ini nilai dan moral mudah terjajah, tak lagi diindahkan sebagai bahan bakar untuk mengarungi bahtera kehidupan. Mungkinkah keberadaan agama hanya sebagai pajangan saja?
Jelang hari santri, mari kita sama-sama berefleksi, sejauh mana kita sudah menjalani agama dengan hati? Sudahkah akhlak kita seperti santri? Bagaimana sikap kita saat melihat kezaliman terjadi? Membiarkan moral semakin rusak tak berarti? Atau mengambil peran dan ikut menangani? Jelang hari santri, senantiasa kita berdoa semoga kelak pesantren dapat melahirkan pemimpin-pemimpin agama, pahlawan penegak moral dan penumbang kezaliman.