Ketika Mensalatkan Jenazah Menjadi Persoalan Nasional
Rumah ibadah tempat yang suci harus dijadikan tempat untuk menebar cinta kasih kepada semua. Bukan sebagai pemicu konflik.

MONDAYREVIEW.COM – Hindun binti Raisman, salah satu warga RT 09/02 Karet Setia Budi, Jakarta Selatan akhir-akhir menjadi perbincangan publik. Setelah nenek berusia 78 tahun ini dikabarkan jenazahnya dilarang disalatkan di musala sekitar tempat tinggalnya, hanya karena mendukung pasangan Ahok-Djarot pada pilkada DKI Jakarta putaran pertama.
Peristiwa ini menjadi persolan serius bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Tak ayal beberapa tokoh islam angkat bicara mengenai hal ini.
Seperti Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan cendekiawan muslim Buya Syafii Maarif mengungkapkan bahwa sikap dan ajakan menolak menyalatkan jenazah pendukung penista agama telah meninggalkan ajaran islam sebagai agama rahmat untuk semesta alam. Apalagi hanya karena perbedaan pandangan politik.
Bahkan Buya menilai bahwa orang yang berfikir seperti itu adalah ummat yang berfikir primitif. Dan ajakan seperti ini sangat berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. "Itu cara primitif, orang yang tidak percaya diri. Menurut saya ini pandangan sempit dan sangat berbahaya," katanya pada salah satu stasion TV nasional, Senin (13/3).
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa ajakan seperti ini pernah terjadi pada abad ke-7 masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Ketika itu kelompok Khawarij yang keluar dari Ali bin Abi Thalib merumuskan teologi kebenaran tunggal dan mencetuskan bahwa penganut di luar itu salah. Dan ia beranggapan bahwa kelompok seperti ini akan kembali hidup saat peradaban Islam sedang jatuh.
Sementara itu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyayangkan adanya imbauan larangan mensalatkan jenazah bagi pendukung penista agama. Menurut politikus PPP ini seharusnya rumah ibadah harus menjadi perekat umat dan menjadi tempat yang paling aman bagi semua umat.
"rumah ibadah adalah rumah Tuhan yang tentu harus kita jaga betul nilai kesuciannya. Rumah ibadah itu rumah yang paling aman bagi semua kita, karena Tuhan menjamin bahwa siapa yang masuk, yang berada di dalamnya itu dijamin, dijaga keamanannya, keselamatannya," kata Lukman Senin (13/3).
Lebih lanjut ia mengatakan sebagai tempat yang suci harus dijadikan tempat untuk menebar cinta kasih kepada semua. Bukan sebagai pemicu munculnya konflik atau pemicu munculnya perselisihan di antara sesama kita.
Tak ketinggalan kejadian ini menjadi perhatian Calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan. Bahkan Ahok langsung menyambangi rumah almarhum Hindun, Senin (13/3).
Ahok berharap kejadian yang dialami nenek Hindun tidak terulang kembali. Dan meminta semua pihak tidak mempolitisasi agama. Serta Ia mengajak semua pihak agar kejadian ini tidak dibesar-besarkan.
Sementara itu Anies menyayangkan adanya kejadian ini. Ia mengungkapkan bahwa sebelum Ahok mengunjungi keluarga Nenek Hindun, Anies telah terlebih dahulu meminta relawannya untuk membantu jenazah yang ditolak warga untuk disalatkan. Selain mensalatkan, dia juga meminta relawannya untuk mengurus jenazah tersebut dan ia meminta semua pihak agar kejadian ini tidak dikaitkan dengan kegiatan politik.