Ketika Kita Harus Memilih
RASULULLAH Saw bersabda, “Di antara kebahagiaan manusia adalah menentukan pilihannya dengan Allah dan diantara kebahagiaan manusia adalah keridhaanya pada apa yang Allah tentukan. Dan di antara tanda kesengsaraan manusia adalah ia meninggalkan Allah dalam pilihannya.

RASULULLAH Saw bersabda, “Di antara kebahagiaan manusia adalah menentukan pilihannya dengan Allah dan diantara kebahagiaan manusia adalah keridhaanya pada apa yang Allah tentukan. Dan di antara tanda kesengsaraan manusia adalah ia meninggalkan Allah dalam pilihannya.
Dan di antara tanda kesengsaraan manusia adalah kemarahaannya pada apa yang Allah tetapkan atas dirinya.” (HR. Imam Ahmad dalam musnad-nya). Hidup itu pilihan, setiap saat kita harus memilih. Kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun kondisinya, kita harus berhadapan dengan pilihan-pilihan. Mulai dari pilihan kecil seperti memilih tempat duduk, saluran TV atau makanan, sampai pilihan-pilihan besar seperti memilih istri, tempat kuliah atau partai dan pemimpin. Dan setiap pilihan itu pasti memiliki dampak serta konsekuensi. Pilihan yang baik dan benar akan membawa kepada kebaikan dan kebenaran. Sebaliknya pilihan yang buruk dan salah pasti akan melahirkan kejelekan dan kesesatan.
Hadits ini ingin menuntun setiap mukmin tentang bagaimana menentukan pilihan yang baik dan benar agar membawa kebahagiaan. Hadits ini juga memberi peringatan untuk tidak keliru memilih agar terhindar dari kesengsaraan. Tentang manusia yang bahagia, Rasulullah SAW memberi dua ciri, yakni:
Pertama, Orang yang menentukan segala pilihan hidupnya berdasarkan pilihan Allah. Artinya, ia menjadikan tuntunan dan syariat Allah sebagai pertimbangan utama dalam memilih segala urusan hidupnya, bukan menggunakan pertimbangan hawa nafsu dan keinginan-keinginan duniawi ( QS. 33: 71).
Kedua, orang yang ridha dengan ketentuan dan pilihan Allah untuknya. Ia menerima ketentuan itu tanpa banyak mengeluh dan menggerutu.
Sedangkan tentang orang yang sengsara ciri-cirinya, yaitu orang yang meninggalkan Allah dalam menentukan segala pilihannya. Artinya, dalam setiap urusan hidupnya ia tidak menggunakan pertimbangan dari Allah berupa tuntunan dan syariat-Nya. Ketika menentukan pilihan, ia tidak mau mengacu dan berpatokan pada nilai yang sudah digariskan Islam, melainkan menggunakan panduan dan cara-cara yang bertentangan dengan syariat Islam.
Dan orang yang marah dan menolak apa yang telah Allah tentukan untuknya. Ia tidak terima dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. Mengapa orang yang menentukan pilihan hidupnya berdasarkan pertimbangan ilahiyyah dijamin akan bahagia?
Karena, Allah Swt Maha Mengetahui hal yang terbaik bagi semua hamba-Nya. Di samping itu, karena Allah yang menciptakan dan memiliki manusia, maka Allah Swt paling tahu dan paling berhak menentukan segalanya. Maka sudah sepantasnya manusia menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah SWT dengan mengikuti segala aturannya, termasuk aturan dalam menentukan pilihan. Jika tidak begitu, ia akan mengambil pilihan itu berdasarkan tuntunan nafsu saja.