Kerja yang Berhasil

Kerja yang Berhasil
Presiden Joko Widodo/Net

TERME DI DIOCLEZIANO, gedung kuno di Roma, Italia itu tak sekadar jadi saksi bisu. Tapi juga merupakan penanda bagaimana Presiden Jokowi jadi pusat perhatian bagi para pemimpin dunia dan membuktikan kerjanya selama ini berhasil.

Karena, entah disengaja atau hanya tidak, nama gedung kuno itu ternyata merujuk pada Gaius Aurelius Dicletianus. Seorang Kaisar Romawi yang pernah berhasil menyelesaikan krisis pada abad ketiga. Tetamu pun merasa seperti de Javu, kembali ke masa silam.

Malam itu, Sabtu (30/10) Jokowi mengenakan setelan jas bewarna hitam. Mantan Walikota Solo ini tiba pukul 20.11 waktu Roma. Jokowi lalu berbincang dengan beberapa pemimpin negara KTT G20. Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson, Perdana Menteri Australia Scott Morrison, dan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in adalah salah tiga diantaranya.

Jokowi terlihat bisa membaur, berbincang dengan akrab dan hangat. Sesekali, para pemimpin dunia itu saling melempar senyum.

Jokowi lalu bergabung bersama Perdana Menteri Italia, Mario Draghi dan para pemimpin negara lain untuk menyaksikan pertunjukan budaya menyuguhkan karya seni, pertunjukan musik, hingga tarian.

Setelah melihat pertunjukan budaya, Jokowi menuju Istana Kepresidenen Palazzo del Quirinale. Jamuan santap malam telah disiapkan Presiden Italia Sergio Mattarella. Jokowi sempat berfoto bersama Presiden dan PM Italia.

Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mengendalikan pandemi Covid-19 belakangan memang banyak diapresiasi banyak pihak, baik nasional maupun internasional.

Pusat Pengendalian dan pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) misalnya, kini telah menurunkan level covid-19 untuk Indonesia. Berkat pengendalian Covid-19 yang baik, CDC memberikan Indonesia level 1 atau “rendah untuk penularan Covid.”

Meski sempat terjun ke posisi sulit, ekonomi Indonesia kini makin membaik. Pertumbuhan ekonomi Indonesai kini di angka 3,51 persen jika dihitung secara tahunan pada kuartal III-2021. Angka ini cukup baik mengingat masih ada tantangan penyebaran virus varian delta.

Untuk isu perubahan iklim, Indonesia telah memulai merehabilitasi hutan mangrove seluas 600 ribu hektare di 2024, ini terluas di dunia. Indonesia juga telah merehabilitasi 3 juta lahan kritis antara tahun 2010 sampai 2019. Sektor yang semula menyumbang 60 persen emisi Indonesia akan mencapai carbon net sink, selambatnya tahun 2030.

Sebuah pembangkit listrik tenaga surya juga telah dibangun di Indonesia, ini terbesar di Asia Tenggara. Salah satunya untuk menopang pengembangan mobil listrik nasional.

Energi baru terbarukan juga tak lepas dari perhatian, Indonesia sudah memanfaatkannya, termasuk biofuel. Last, Indonesia juga telah mengembangkan industri berbasis clean energy termasuk pembangunan kawasan industri hijau terbesar di dunia, di kalimantan Utara.

Ya, berkat kemampuan mengelola pandemi dan ekonomi, Indonesia pun dianggap layak menjembatani pemulihan ekonomi global. Ini sekaligus meneguhkan kepercayaan Indonesia menerima presidensi G-20. Itu artinya, Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT G20 tahun 2022.

Apa manfaatnya bagi Indonesia? Jokowi dalam sambutannya menuturkan, bahwa Presidensi G20 di Indonesia akan mendorong upaya bersama pemulihan ekonomi dunia dengan tema 'Recover Together, Recover Stronger'. Pulih bersama, Bangkit Perkasa.

Presidensi Indonesia dalam G20, kata Jokowi, akan punya dampak besar baik dari sisi ekonomi maupun sosial-politik. Salah satunya kemampuan mendorong topik kesetaraan akses vaksin Covid-19 bagi negara-negara berkembang.

Selama memegang tongkat estafet Presidensi G-20, Indonesia akan punya peran untuk memutuskan keputusan global sebagai solusi nyata atas permasalahan dunia. Selain itu, cara kerja Indonesia dalam menghadapi tantangan covid-19 maupun pemulihan ekonomi akan menjadi perhatian di mata dunia.

Tugas ini tentu saja tugas berat. Apalagi KTT G-20 kemarin tanpa kehadiran para penyumbang emisi karbon terbesar dunia seperti China dan Rusia. Padahal, seperti disinggung mantan Presiden AS do Forum Cop26, Barack Obama, dunia saat ini menantikan Indonesia bersama China, India, Brazil, dan Rusia untuk memimpin dunia menyelesaikan isu perubahan iklim.

Kolaborasi dalam hal ini menjadi kebutuhan penduduk dunia, karena secara alamiah manusia sebagai makhluk sosial senantiasa berhubungan satu sama lain. Penting menjadi perhatian semua untuk bekerjasama dan saling membantu.

Yang terpenting dari itu semua adalah kita butuh aksi dan implementasi secepatnya. Carbon market dan carbon prize harus jadi bagian dari isu perubahan iklim. Ekosistem ekonomi karbon yang transparan, berintegritas, inklusif, dan adil harus diciptakan.

Di dalam negeri, kita perlu ada stabilitas, dan tentu saja juga kesadaran akan pentingnya menjaga apa yang saat ini telah kita raih. Bukan malah menurunkan kepercayaan publik nasional maupun internasional.

Semoga saja, kehangatan dan keakraban yang ditujukan kepada Jokowi sepekan kemarin tak sekadar gimik. Namun disertai niat yang tulus untuk menyelesaikan permasalahan Climate Change. Sehingga Jokowi pun betul-betul jadi magnet, mampu menarik pemimpin negara lain untuk aksi dan kolaborasi. [ ]