Kendaraan Listrik Bukan Magic

Kendaraan Listrik Bukan Magic
ilustrasi bus listrik / net

MONITORDAY.COM - Perkembangan electric vehicles atau kendaraan listrik menarik perhatian dunia. Apalagi jika dikaitkan dengan upaya menekan emisi karbon. Sebagian konsumen membeli mobil listrik demi prestise. Soal harga tidak menjadi soal bagi yang berkocek tebal. Soal fungsional nomor dua. Lain halnya bagi kebanyakan orang, soal harga dan fungsi menjadi pertimbangan utama.     

Produsen mobil berlomba untuk mengadopsi teknologi baru terkait mobil listrik. Selama ini Tesla yang paling banyak mendapat sorotan dengan segala kelebihan teknologinya. Di Amerika Serikat, Ford Motor berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi kendaraan listriknya menjadi 600.000 unit secara global pada tahun 2023. Ini berarti Ford akan menjadi produsen kendaraan listrik terbesar kedua di AS, di belakang Tesla.

Bloomberg melaporkan bahwa kendaraan listrik bernasib buruk dalam studi keandalan terbaru dari Consumer Reports, Tesla berada di urutan kedua terakhir selama dua tahun berturut-turut. 

Bukan baterai atau motor yang membuat kendaraan listrik kurang bisa diandalkan. Masalahnya  ada pada gadget baru yang ribet demi membuat kendaraan mereka terasa modern dan menarik bagi pemula. Tak semua orang merasa nyaman dengan semua yang serba digital dan elektrikal. Kendaraan listrik cenderung memiliki kontrol layar sentuh untuk iklim, kontrol kursi, dan perangkat lain yang dulunya mekanis. 

Teknologi pengisian baterai masih menjadi agenda besar bagi perkembangan mobil listrik. Dibutuhkan infrastruktur yang relatif mahal dan waktu yang lama untuk mengisi baterai mobil listrik. Untuk sepeda motor listrik hal itu bisa diatasi dengan sistem swap atau tukar baterai. Sedangkan untuk mobil listrik apalagi bus listrik tidak memungkinkan untuk menukar baterai berukuran besar. Meskipun kabar baiknya ABB (ASEA Brown Boveri) membuat alat pengecasan mobil listrik yang tercepat. Teknologi ABB 360 dalam waktu kurang 3 menit bisa mendapatkan jarak 100 km.

Bagaimanapun keterbatasan kapasitas baterai masih menjadi tantangan tersendiri. Apalagi jika dikaitkan dengan kebutuhan alat transportasi umum seperti bus yang membutuhkan baterai dengan kapasitas besar. Dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk melakukan pengisian daya. Hal ini membuat kalangan industri di Eropa lebih memilih opsi pengembangan fuel cell atau bahan bakar hidrogen. 

Perkembangan menarik memang dijanjikan oleh sejumlah industri mobil. Salah satunya bus listrik Higer dengan keunggulan utamanya yakni kapasitas baterai 385 kilo watt hours (kWh) yang menunjang daya jelajah hingga 300 kilometer dengan lama pengisian ulang baterai sekitar 3-4 jam.

Sementara di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan antara lain kecukupan suplai listrik, ketersediaan stasiun pengisian baterai kendaraan listrik, pengolahan limbah baterai, dan keberlanjutan ekosistem mobil listrik.

Ketersediaan infrastruktur pengisian baterai juga menjadi target Pemerintah. Untuk stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU), pemerintah menargetkan bisa membangun 25.000 unit pada 2030. Hingga September 2021, total SPKLU di Indonesia mencapai 187 unit. 

Tak ketinggalan, sejumlah insentif fiskal dan nonfiskal juga sudah disiapkan. Pemerintah memberikan nol persen Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) untuk BEV. Bank Indonesia (BI) juga memberi lampu hijau dengan pemberian uang muka (down payment/DP) sebesar 0 persen dan suku bunga rendah untuk kepemilikan BEV.

Salah satu upaya mengatasi masalah lamanya waktu pengisian baterai mobil listrik adalah penggunaan listrik rumah. Kapasitas listrik rumahan memang harus ditingkatkan agar kemampuan mengisi baterai lebih cepat. Portable charger khusus tersebut bisa diatur arus masuknya, 8A, 10A, dan 12A. Kalau 12A arus listrik maksimumnya 2.600 Watt, 10 A maksimum 2.200 Watt dan 8A itu maksimumnya 1.750 Watt.  

Artinya rumah yang memiliki daya listrik maksimal 2.200 VA paling cocok menggunakan opsi yang disebutkan terakhir. Karena cuma tersedot maksimal 1.750 Watt, sehingga masih ada sisa listrik sekitar 450 Watt yang bisa digunakan. Yang menentukan adalah berapa listrik tersisa setelah dipakai perangkat rumah tangga lainnya.