Kemenkes Catat Jumlah Pasien di DKI Jakarta Dalam Tujuh Hari Terakhir Sangat Rendah

Walaupun jumlah kasus DKI Jakarta cukup banyak, tapi kasus pertambahan per harinya itu dalam tujuh hari ke belakang ini sangat rendah.

Kemenkes Catat Jumlah Pasien di DKI Jakarta Dalam Tujuh Hari Terakhir Sangat Rendah
Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Didik Budijanto/ Dok.BNPB

MONITORDAY. COM - Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan (Kemkes), Didik Budijanto mencatat kurva jumlah pertambahan pasien positif COVID-19 di DKI Jakarta dalam tujuh hari ke terakhir dinilai sangat rendah.

"Walaupun jumlah kasus DKI Jakarta cukup banyak, tapi kasus pertambahan per harinya itu dalam tujuh hari ke belakang ini sangat rendah," kata Didik di Kantor Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (20/06/2020). 

lebih lanjut, Didik mengatakan persentase pertambahan kasus masih tinggi dalam tujuh hari terakhir terdapat di Provinsi Aceh, Maluku, Sumatera Utara dan Gorontalo. Sedangkan provinsi-provinsi tersebut, jumlah pertambahan kasus di DKI Jakarta tergolong sangat rendah.

Selain itu, Ia menjelaskan angka kematian atau tingkat fatalitas kasus (case fatality rate) COVID-19 tertinggi dalam tujuh hari terakhir terdapat di Provinsi Sulawesi Utara.

Selanjutnya, Didik juga mengatakan angka kematian akibat COVID-19 di DKI Jakarta lebih rendah dibanding Jawa Timur dilihat tujuh hari ke belakang.

Didik menambahkan, dari data kasus sebelumnya dapat dilihat tingkat kesembuhan dari data nasional kasus COVID-19 semakin tinggi dibanding tingkat kematian.

"Ini menunjukkan kita semakin mature untuk bisa memberikan pelayanan sehingga menjadi lebih sembuh," ujarnya.

Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan dengan melihat data kasus COVID-19 yang masuk setiap hari, maka dapat memfokuskan pola pelacakan kontak dan pemeriksaan untuk mencari dan mengisolasi sumber infeksi di tengah masyarakat dalam rangka memutus penyebaran COVID-19.

Berdasarkan data terkait laju dari perubahan penambahan hari per hari menjadi tuntunan untuk menentukan agresivitas melakukan pelacakan kontak (tracing) dan masifnya melakukan tes (testing) COVID-19.

"Jadi provinsi yang penambahan kasusnya masih cukup tinggi maka tracing-nya harus lebih keras dan kemudian di ujungnya testing-nya harus lebih masif, sehingga tidak kemudian setiap provinsi disamaratakan karena problemnya berbeda," ucapnya.

Menurut Yurianto, pihaknya saat ini sedang berkonsentrasi untuk tes COVID-19 lebih banyak di Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan.

Kemudian, Gugus tugas di masing-masing provinsi tersebut akan melihat lebih lanjut konsentrasi kabupaten atau kota yang perlu untuk tes lebih banyak, dan tentunya didasarkan pada pelacakan kontak.