Kelompok Saracen Merupakan Ancaman Siber yang Serius
Johan Budi mengapresiasi kerja polisi yang telah meringkus kelompok penebar hoax dan penebar ujaran kebencian, Saracen.

MONDAYREVIEW.COM- Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi mengapresiasi kerja polisi yang telah meringkus kelompok penebar hoax dan penebar ujaran kebencian, Saracen. Polisi harus mengusut kelompok Saracen hingga ke akar-akarnya.
“Kita apresiasi kerja polisi yang berhassil menguak dan meringkus kolompok Saracen,” kata Johon di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (24/8).
Johan mengatakan jika kelompok Saracen atau kelompok penebar ujian kebencian dan hoax tidak segera dibrantas hingga ke akar-akarnya maka dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Maka itu ia meminta kepada polisi untuk menangkap seluruh pelaku yang terlibat dalam sindikat penyebar konten hoax dan SARA ini.
"Maka Polri harus mengusut tuntas sampai ke akar-akarnya. Semua pelaku. Apakah ada apanya tanya ke Polri. Kalau ketemu satu, dua, mungkin ada yang lain," jelasnya.
Sementara itu Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhari mengingatkan agar masyarakat semakin waspada dengan terbongkarnya kelompok Saracen. "Bukan berarti membuat kita jadi bersuka cita, justru sebaliknya membuat kita semakin waspada," ujarnya dalam keterangan pers, Jumat (25/8).
Menurutnya kelompok Saracen ditengarai tidak hanya menyerang satu pihak saja tetapi menyerang berbagai pihak termasuk pemerintah dengan teknik adu domba yang sistematis.
Kharis mengatakan bahwa kelompok tersebut merupakan ancaman siber yang serius. Merujuk data di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), untuk pengaduan konten negatif terkait SARA dan kebencian menduduki urutan ketiga (165 aduan) setelah pengaduan mengenai pornografi (774.409 aduan) dan radikalisme (199 aduan).
Sebagai gambaran, sepanjang 2016 hingga 2017, terdapat 3.252 konten negatif di Twitter yang dilaporkan ke Kemenkominfo. Adapun pada Google dan YouTube, terdapat 1.204 konten negatif yang dilaporkan Kominfo selama setahun sejak 2016 hingga 2017.
"Fenomena yang terjadi harus dipahami seperti gunung es. Artinya angka-angka tersebut adalah yang muncul di permukaan, yang tak terlihat tentu lebih mengerikan lagi," jelasnya.