Misi ke Mars, Ambisi dan Hegemoni Bangsa-bangsa Maju
Gantungkan cita-citamu setinggi langit, begitu kata Bung Karno. Kalimat itu kini justru dibuktikan oleh bangsa-bangsa lain. Saat kita asyik membincang klepon Uni Emirat Arab malah meluncurkan misi ke Mars dari Pusat Antariksa di Jepang. Padahal negara Teluk itu tengah juga tengah berjuang mengurangi ketergantungan pada minyak dan bergelut dengan maut Covid-19. UEA memang negri kaya. Tak hanya minyak yang diandalkannya. Negeri itu menjadi gerbang ekonomi kawasan. Kota-kotanya berkembang pesat dan megah. Pendidikan dan kesehatan maju. Dan tentu saja, politiknya stabil. Spirit menjadi bangsa maju tak pernah berhenti. Dan program antariksa dengan misi mencapai planet Mars menjadi bukti bahwa mereka memiliki visi jauh ke depan.

MONDAYREVIEW.COM – Gantungkan cita-citamu setinggi langit, begitu kata Bung Karno. Kalimat itu kini justru dibuktikan oleh bangsa-bangsa lain. Saat kita asyik membincang klepon Uni Emirat Arab malah meluncurkan misi ke Mars dari Pusat Antariksa di Jepang. Padahal negara Teluk itu tengah juga tengah berjuang mengurangi ketergantungan pada minyak dan bergelut dengan maut Covid-19.
UEA memang negri kaya. Tak hanya minyak yang diandalkannya. Negeri itu menjadi gerbang ekonomi kawasan. Kota-kotanya berkembang pesat dan megah. Pendidikan dan kesehatan maju. Dan tentu saja, politiknya stabil. Spirit menjadi bangsa maju tak pernah berhenti. Dan program antariksa dengan misi mencapai planet Mars menjadi bukti bahwa mereka memiliki visi jauh ke depan.
Bagi sebagian orang misi ke Mars itu ibarat bakar duit. Perjalanan sejauh 494 juta kilometer pada kecepatan rata-rata 121.000 kilometer menunjukkan hegemoni suatu bangsa atas ilmu pengetahuan dan teknologi. Targetnya sekira seratus tahun lagi mereka akan singgah atau membangun koloni di sana.
Misi ke Mars punya tujuan yang jelas. Meski suhunya minus 63 derajat Celcius Mars lebih mungkin ditinggali daripada Venus yang bersuhu panas hingga 500 derajat. Misi mengorbit ke Mars mencakup pengembangan teknologi yang diperlukan untuk merancang, merencanakan, mengelola, dan mengoperasikan misi antarplanet. Tujuan misi ini untuk mengeksplorasi fitur permukaan Mars, morfologi, mineralogi, dan atmosfer Mars menggunakan instrumen ilmiah yang sesungguhnya atau asli.
Misi ini berupaya melakukan manuver mencapai orbit untuk mentransfer pesawat ruang angkasa dari orbit yang berpusat di Bumi ke lintasan heliosentris dan akhirnya, mencapai ke orbit Mars.
Pengembangan model dan algoritma gaya untuk perhitungan dan analisis dan orientasi orbital. Navigasi dalam semua fase, mempertahankan wahana antariksa di semua fase misi, memenuhi persyaratan operasi daya, komunikasi, termal, dan muatan. Juga memasukkan fitur otonom untuk menangani situasi darurat.
Jauh-jauh ke Mars pasti ada alasan kuat. Tujuan ilmiah berurusan dengan aspek-aspek utama berikut: Eksplorasi fitur permukaan Mars dengan mempelajari morfologi, topografi, dan mineralogi, pelajari konstituen atmosfer Mars termasuk metana dan CO2 menggunakan teknik penginderaan jauh, pelajari dinamika atmosfer atas Mars, efek angin matahari, dan radiasi, serta lepasnya volatil ke luar angkasa, misi ini juga akan memberikan banyak kesempatan untuk mengamati bulan Mars Phobos dan juga menawarkan kesempatan untuk mengidentifikasi dan memperkirakan kembali orbit asteroid yang terlihat selama Lintasan Pemindahan Mars.
Roket HOPE meluncur dari Pusat Antariksa Tanegashima Jepang pada Senin pukul 01.58 waktu UAE (Senin, pukul 21.58 GMT).
Misi menempuh perjalanan selama tujuh jam menuju Mars, tempat roket itu akan mengorbit dan mengirimkan data menyangkut atmosfir. Misi pertama Arab ke planet merah itu pada awalnya direncanakan diluncurkan 14 Juli, namun mengalami penundaan karena cuaca buruk.
Setelah sedikit lebih dari satu jam setelah diluncurkan, roket itu mengeluarkan panel-panel tenaga surya untuk menggerakkan sistem roket dan membentuk komunikasi radio dengan misi di Bumi.
Saat ini, ada delapan misi aktif yang sedang menjelajahi Mars.
Beberapa misi mengitari planet tersebut, sementara sejumlah lainnya telah mendarat di permukaan Mars. China dan Amerika Serikat masing-masing berencana mengirim misi tahun ini.
Misi Mars Emirat menghabiskan biaya 200 juta dolar AS (sekitar Rp2,9 triliun), kata Menteri Ilmu Pengetahuan Tinggi Sarah Amiri. Misi tersebut dibentuk untuk memberikan gambaran lengkap atmosfir Mars untuk pertama kalinya, juga mempelajari perubahan setiap hari dan musiman.
UAE pertama kali mengumumkan misi itu pada 2014 dan meluncurkan Program Antariksa Nasional pada 2017 untuk membangun keahlian warganya. Penduduk UAE, yang berjumlah 9,4 juta orang dan sebagian besar merupakan warga negara asing, kurang memiliki basis keilmuan dan industri menyangkut perjalanan ruang angkasa.
Negara itu memiliki rencana ambisius untuk menyelesaikan misi Mars pada 2117. Hazza al-Mansouri pada September tahun lalu menjadi orang Emirat pertama yang berada di luar angkasa saat ia terbang ke Stasiun Antariksa Internasional.
Dalam mengembangkan dan membuat Roket HOPE, Pusat Antariksa Mohammed Bin Rashid (MBRSC) milik Emirat dan Dubai bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan Amerika Serikat.
Sumber: Reuters, Wikipedia, Antara