Kecerdasan Nabi Sulaiman
DIKISAHKAN pada era kekerajaan Nabi Sulaiman, ada seseorang yang mencuri bebek tetangganya. Lalu, tetangganya itu datang kepada nabi Sulaiman untuk melaporkan bahwa bebeknya dicuri, dan ia tidak tahu siapa yang mencurinya.

DIKISAHKAN pada era kekerajaan Nabi Sulaiman, ada seseorang yang mencuri bebek tetangganya. Lalu, tetangganya itu datang kepada nabi Sulaiman untuk melaporkan bahwa bebeknya dicuri, dan ia tidak tahu siapa yang mencurinya.
Selanjutnya, Nabi Sulaiman mengundang masyarakat untuk hadir. Setelah mereka berkumpul, ia bicara, “Bagaimana menurut kalian jika ada seseorang yang mencuri bebek tetangganya lalu salah satu bulunya ada dikepalanya.” Tahu-tahu ada salah seorang hadirin yang meletakkan tangannya di kepalanya. Maka, Sulaiman pun berkata, “Tangkap dia.” Orang itu pun mengaku bahwa ia yang mencuri, padahal tidak ada bulu itu dikepalanya, Sulaiman berfirasat terhadapnya.”
Kisah lain, dihadapannya, ada dua orang wanita mendatangi nabi Daud. Dihadapannya, kedua wanita itu mengklaim seorang anak. Maka nabi Daud memutuskan bahwa anak ittu milik wanita yang lebih tua. Tetapi, Nabi Sulaiman yang berada disitu berkata, “Ambilkan aku pisau, anak itu akan aku belah menjadi dua untuk kalian berdua.” Wanita yang paling tua mempersilahkan, tetapi wanita yang muda berkata, “ Jangan kamu lakukan itu, semoga Allah merahmatimu. Ia anaknya.” Dengan tidak relanya wanita muda akan hal itu, maka Nabi Sulaiman memutuskan bahwa ia anaknya bukan anak wanita yang lebih tua.
Yang mendorongnya tidak rela anak itu dibelah dua yaitu kasih sayang yang Allah anugrahkan pada kalbunya, sehingga ini adalah menjadi indikasi bahwa ia ibunya. Ini adalah firasat yang dimiliki nabi Sulaiman. Inilah firasat seorang beriman, karena ketajaman akal dan hati yang disinari cahaya ilahi menjadikan sebuah firasat yang tajam. Pentingnya membersihkan hati kita sehingga ia akan mudah memiliki firasat kebaikan dan dijauhi dari segala penyakit hati.
Rasulullah saw bersabda:
اتفوا فراسة المؤمن فإنه ينظر بنور الله
“Takutlah kamu kepada firasat orang beriman, sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah. (HR.Tirmidzi)