Kearifan Lokal Perlu Dimunculkan di Film-film Indonesia

Tino mencontohkannya dengan film Turah yang memakai bahasa Jawa Ngapak (Tegal).

Kearifan Lokal Perlu Dimunculkan di Film-film Indonesia
Film Ziarah (Netpac Asian Film Festival)

MONDAYREVIEW.COM – Kearifan lokal diperlukan untuk menangkal penetrasi budaya asing yang masuk ke Indonesia. Pun begitu di dalam ranah seni seperti dunia perfilman, kearifan lokal merupakan benteng dari invasi budaya asing yang beberapa nilainya tak sesuai di negeri ini. Menurut Kepala Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Maman Wijaya, kearifan lokal menjadi hal penting dalam menghadapi budaya asing, khususnya dunia perfilman Indonesia.

Berbicara dalam dialog perfilman yang bertema Kearifan Lokal Sebagai Kekuatan Film Indonesia di Tengah Penetrasi Budaya Asing di Jakarta, Maman menjelaskan dengan nilai kearifan lokal film Indonesia banyak menang di ajang internasional. Salah satunya adalah film Ziarah yang mendapat penghargaan Best Screenplay & Special Jury Award – ASEAN International Film Festival & Awards (AIFFA).

Sementara itu menurut aktor dan produser film Tino Saroenggallo, unsur kearifan lokal yang bisa dimasukkan yakni bahasa daerah. Tino mencontohkannya dengan film Turah yang memakai bahasa Jawa Ngapak (Tegal).

“Film nasional kita pun sekarang tidak malu-malu lagi memakai bahasa daerah dalam produksi sebuah film,” kata Tino seperti dilansir situs Kemdikbud.

Sedangkan Ahmad Syekhu yang merupakan anggota Forum Wartawan Hiburan Indonesia (FORWAN) menyatakan kearifan lokal yang dapat diambil yakni dengan mengeksplorasi kekayaan sumber daya alam Indonesia. Banyak tempat indah di Indonesia yang dapat digunakan sebagai lokasi pengambilan gambar.