Nasib Imigran Muslim di Perancis yang Disudutkan

Umat Islam digambarkan sebagai tidak tahu terima kasih terhadap Perancis, dimana para imigran yang sebagian adalah pengungsi sudah ditampung.

Nasib Imigran Muslim di Perancis yang Disudutkan
Sumber gambar: parstoday.com

MONDAYREVIEW.COM – Dalam dialektika terkait konflik antara Presiden Perancis versus kaum muslim, beberapa pihak menganggap bahwa imigran muslim yang salah. Kelompok ini berusaha menyudutkan umat Islam yang mayoritas merupakan imigran. Umat Islam digambarkan sebagai tidak tahu terima kasih terhadap Perancis, dimana para imigran yang sebagian adalah pengungsi sudah ditampung. Namun perilaku sebagian imigran yang ekstrem dan radikal dijadikan amunisi untuk menyerang keberadaan imigran secara keseluruhan. Padahal imigrasi muslim ke Perancis sudah berlangsung sejak lama, dan jumlah muslim sudah cukup banyak yakni sekitar 6 juta orang.

Mari kita bahas apakah benar tuduhan tersebut? Apakah keberadaan imigran memang seburuk itu dampaknya bagi Perancis? Pertama sebagaimana disebutkan bahwa imigrasi Muslim ke Perancis sudah berlangsung sejak lama. Pemain sepak bola terkenal di dunia asal Perancis merupakan seorang muslim, yakni Zenedine Zidane. Hal ini menjadi bukti bahwa kontribusi muslim di Perancis adalah nyata. Menjadi bukti juga bahwa kelompok Muslim di Perancis bisa berbaur dengan warga lainnya. Justru Pemerintah Perancis yang terus menumbuhkan stigma negative kepada muslim dan melarang symbol agama seperti cadar. Hal ini membuat kelompok Islam ditindas di sana padahal mereka tidak melakukan hal yang bertentangan dengan negara.

Kedua muncul tuduhan bahwa negara-negara Timur Tengah menolak para pengungsi korban konflik timur tengah sehingga yang menerima mereka adalah negara barat yang non muslim menjadi mayoritas. Hal ini tidak berbasis data yang akurat, memang Jerman dan Perancis menerima jutaan pengungsi di Indonesia. Namun jumlahnya masih di bawah Turki yang menerima pengungsi Suriah dan Jordania yang menerima pengungsi Palestina. Hal ini menjadi bukti bahwa negara-negara timur tengah yang mayoritas Islam tidak lepas tangan dalam memperhatikan nasib pengungsi.

Ketiga, banyak yang menuduh bahwa para imigran dan pengungsi tidak tahu terima kasih kepada negara barat yang telah menolongnya. Kita sepakat bahwa selayaknya para imigran bisa berbaur dan menghargai negara suakanya. Namun kita tidak bisa menutup mata bahwa mengungsi bukanlah pilihan utama mereka, mereka tetap ingin tinggal di negara asalnya. Masalahnya negara asal mereka didera konflik berkepanjangan. Hal ini pun tidak lepas dari campur tangan barat dalam konflik tersebut. Sudah bukan rahasia bahwa berperan di belakang layar mendukung pihak-pihak yang sedang berkonflik, termasuk diantaranya Perancis.

Negara-negara barat bahkan melatih milisi atau pasukan mujahidin yang mempunyai paham Islam radikal untuk kepentingan mereka. Pada akhirnya kelompok mujahidin ini menjadi senjata makan tuan bagi barat, ibarat anjing yang menggigit tuannya sendiri. Kita tidak sepakat dengan terorisme dan muslim radikal yang menghalalkan kekerasan atas nama agama. Namun kita juga perlu kritis terhadap negara-negara barat termasuk diantaranya Perancis yang secara tidak langsung mempersenjatai dan melatih mereka.

Dari fakta-fakta di atas, kita tahu bahwa tidak semua yang dituduhkan kepada umat Islam adalah benar. Justru ada beberapa fakta yang disembunyikan yang tidak dibuka. Tentu saja kita tidak boleh membenarkan perilaku kekerasan apapun motifnya. Namun kita juga harus tetap kritis terhadap negara barat dan Perancis serta tidak menerima narasi mereka begitu saja.