Kata Mutiara Amru Bin Ash

MENYEBARNYA cahaya Islam yang gemilang di tanah Mesir tidak lepas dari jasa seorang sahabat mulia, Amr bin Ash.

Kata Mutiara Amru Bin Ash
Ilustrasi foto/Net

MENYEBARNYA cahaya Islam yang gemilang di tanah Mesir tidak lepas dari jasa seorang sahabat mulia, Amr bin Ash. Para sejarawan menggambarkan sosok Amr sebagai Penakluk Mesir atau lebih tepatnya Sang Pembebas Mesir. Ketika Islam datang, Mesir berada di bawah kekuasaan Romawi. Selama pembebasan, Amr berusaha keras menghindarkan penduduk dan wilayah Mesir dari peperangan. Amr bin Ash bukan termasuk orang yang pertama masuk Islam. Ia bahkan termsuk satu dari tiga orang Quraisy yang didoakan tertimpa keburukan oleh Rasulullah, sampai Allah mengingatkan beliau. Amr bin Ash baru masuk Islam menjelang Fathul Mekah bersama Khalid bin Walid. Dikisahkan oleh Khalid Muhammad Khalid dalam Biografi 60 Sahabat Rasulullah, ketika Rasullullah wafat, Amr ialah salah satu amir di Oman. Ia memiliki sifat cinta kekuasaan yang sangat menonjol, sesuai tabiat dan gerak geriknya yang seolah menyiratkan bahwa ia memang tercipta untuk menjadi penguasa.

Beberapa kata bijak atau mutiara dari Amru bin Ash, yaitu laki-laki itu ada tiga macam: Sempurna, setengah laki-laki dan bukan laki-laki sama sekali. Yang sempurna ialah laki-laki yang agama dan akalnya disempurnakan oleh Allah SWT. Orang ini apabila hendak mengambil keputusan selalu meminta pertimbangan kepada para ahli. Dengan begitu dia selalu benar dalam semua tindakannya.

Adapun yang setengah ialah laki-laki yang agama dan akalnya tidak disempurnakan oleh Allah Swt. Orang ini apabila mengambil keputusan tidak meminta pertimbangan kepada siapa pun, malah mengatakan, “Siapa yang pantas saya ikuti dan saya pakai pendapatnya?” Tindakannya kadang-kadang benar dan kadang-kadang salah.

Adapun yang bukan laki-laki sama sekali adalah orang yang tidak mempunyai agama dan daya pikir sama sekali. Orang ini akan selalu salah dalam semua tindakannya. Dia mengatakan, “Saya akan meminta pertimbangan kepada siapa saja, termasuk pembantuku.”

Di hari-hari senjanya dia pernah mengatakan, “Dulu saya pernah berada dalam tiga keadaan: Kekafiran. Jika saya mati pada saat itu, pasti kelak masuk neraka. Setelah menyampaikan sumpah suci kepada Rasulullah SAW. Saya menjadi orang yang paling pemalu di hadapan Rasulullah saw., hingga saya belum pernah memandang beliau dengan sepenuh pandangan. Jika saya mati saat itu orang-orang pasti mengatakan, “Selamat untukmu Amru bin Ash! Masuk Islam dan mati dalam kebaikan.”