Kartini, Sebuah Karya yang Terbentang

Hanung Bramantyo pada 2017 menggambarkan Kartini bagaikan julukannya Trinil, si burung lincah.

Kartini, Sebuah Karya yang Terbentang
Film Kartini karya Hanung Bramantyo (book my show)

MONDAYREVIEW.COM – Umurnya memang hanya 25 tahun. Namun simaklah setiap 21 April segala penjuru negeri menyerukan namanya. Dialah Raden Ajeng Kartini.

Benar kata Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah”.

Surat-surat Kartini kepada suami-istri Abendanon yang untuk kemudian bermuara menjadi buku Habis Gelap Terbitlah Terang terasa menggedor dan bermakna pencerahan.

Kartini untuk kemudian disalin rupa menjadi karya-karya yang terbentang. Film Kartini karya Sjuman Djaya pada 1983 mengartikulasikan Kartini sebagai seorang yang introvert serta menyampaikan isi kepalanya secara hati-hati tapi tajam.

Hanung Bramantyo pada 2017 menggambarkan Kartini bagaikan julukannya Trinil, si burung lincah. Ia cerdas, haus pengetahuan, memiliki daya gugat yang filosofis.

Pramoedya Ananta Toer membingkainya dalam buku Panggil Aku Kartini Saja. Diceritakan Kartini emoh dipanggil dengan gelar raden ayu. Panggilan raden ayu menurut Kartini bermakna ganda yakni penghormatan karena berdarah biru dan gelar raden ayu membuatnya terkungkung dalam tradisi yang membebat kebebasan pikiran.