Karena Kita Tidak Memilih Bahasa Kekerasan

Karena kita tidak memilih bahasa kekerasan untuk menetapkan siapa yang nantinya menjadi pemimpin yang akan melayani warganya.

Karena Kita Tidak Memilih Bahasa Kekerasan
Karena Kita Tidak Memilih Bahasa Kekerasan (Monday Review/K.A.M.Darwis, Toni Dwi Saputra)

MONDAYREVIEW.COM – Debat final Pilkada DKI Jakarta 2017 telah pungkas dihelat pada Rabu (12/4). Dalam debat yang dipandu oleh moderator Ira Koesno itu tone persatuan dan permintaan maaf dihaturkan. Maklum saja Pilkada DKI Jakarta 2017 memang begitu lekat dengan berbagai isu dan pengkubuan hingga dikhawatirkan membelah masyarakat. Maka semangat persatuan dan permintaan maaf harus kembali diingatkan dan dilakoni baik para elite politik maupun di ranah masyarakat.

Pemilihan Umum yang berlangsung secara jujur, adil, langsung, umum, terbuka, rahasia, merupakan pilihan dari negeri ini untuk memilih sosok yang diamanahi kekuasaan. Pemilu merupakan event bagi demokrasi prosedural yang memungkinkan terjadinya sirkulasi kekuasaan, serta secara sah menetapkan pemimpin terpilih.

Demokrasi prosedural ini diharapkan akan berdampingan dengan demokrasi substansial. Dimana nilai-nilai demokrasi telah teraplikasikan dalam kegiatan politik yang dijalankan. Demokrasi merupakan ajang adu gagasan, ide, kerja, bukan adu otot serta menggunakan bahasa kekerasan. Maka simaklah setelah seru berdebat, para pasangan kandidat Pilkada DKI Jakarta saling berjabat tangan, berpelukan, ataupun berfoto bersama. Karena demokrasi adalah pilihan. Karena kita tidak memilih bahasa kekerasan untuk menetapkan siapa yang nantinya menjadi pemimpin yang akan melayani warganya.