Kala Debat Menjadi Komoditas Perbincangan
Maka debat memang memiliki efek pengganda yang meneguhkan atau meluruhkan persepsi terhadap kandidat.

MONDAYREVIEW.COM - #AniesTakutDebat menjadi trending topic di Twitter semalam. Pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno urung menghadiri debat di Kompas TV yang dimoderatori Rosiana Silalahi. Sebelum hari-H, promosi acara ini memang intens menyatakan akan menghadirkan kandidat cagub-cawagub DKI Jakarta. Maka ketika Anies-Sandi tak hadir, mereka pun “diserbu” dengan berbagai label takut untuk berdebat.
Di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, debat antarkandidat sebelumnya terjadi di acara Mata Najwa yang menghadirkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan. Kedua cagub-cawagub belum pernah hadir secara bersama dalam debat terbuka di putaran kedua ini. Lalu apakah kiranya alasan dari tim Anies-Sandi tidak datang di event tersebut?
"Pada saat acara Rosi sudah dikabari pada 27 Maret 2017 bahwa yang hadir adalah calon Wakil Gubernur (karena Cagub seminggu sebelumnya sudah ada acara debat di TV lain), acara itu masih terus diiklankan sebagai 'Pertama Kali Kedua Pasangan Calon Bertemu dalam Putaran Kedua'. Ini jelas sebuah pengabaran yang tidak sesuai fakta," jelas timses Anies-Sandi seperti dilansir dari detik.com, Ahad (2/4).
"Pengiklanan oleh acara Rosi yang tidak benar itu menjadi catatan khusus bagi tim Anies-Sandi. Terlihat bahwa acara Rosi tidak taat etika," tim sukses Anies-Sandi menambahkan penjelasan.
Secara format debat, tim Anies Sandi juga menginginkan kegiatan debat berfokus pada adu gagasan, mendiskusikan program, dan tidak sekadar menjadi adu sorak antar pendukung. Di samping itu Sandiaga Uno telah menyatakan tidak bisa menghadiri debat tersebut, namun masih diiklankan bisa hadir.
"Di sini, bahkan di saat sudah jelas tidak ada kesepakatan dan Bang Sandi jelas tidak hadir, Acara Rosi pun tetap saja mengiklankan bahwa dua pasang calon akan hadir. Sesuatu yang tidak seharusnya terjadi," ujar timses Anies-Sandi.
Debat Resmi KPU
Secara peraturan, pasangan kandidat hanya diwajibkan untuk menghadiri acara debat yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum. Hal ini pernah dilakukan oleh pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang tidak hadir di sejumlah debat, dan baru hadir di debat resmi yang diselenggarakan KPU.
Debat, Sebuah Format yang Sempat Diperdebatkan
Debat terbuka di lanskap politik Indonesia, salah satu pionirnya terjadi di format Debat “Calon Presiden” (Capres) RI yang dihelat pada Selasa, 27 April 1999, di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Salemba, Jakarta. Seperti diwartakaan Imam B Prasodjo, sejumlah “capres” yang hadir saat itu yakni Amien Rais, Yusril Ihza Mahendra, Didin Hafidhuddin, Sri Bintang Pamungkas.
Megawati Soekarnoputri yang namanya kembali meroket pasca tumbangnya Orde Baru merupakan sosok yang enggan menghadiri acara debat. Menurut beberapa politikus PDIP saat itu, debat tidaklah penting dalam upaya membangun demokrasi di Indonesia, acara debat tak sesuai dengan budaya Indonesia yang lebih mengedepankan musyawarah.
Hingga saat ini format debat yang diadakan di berbagai event pun masih mengalami dialektika. Secara format, perumusannya kerap ditambahkan dan dikurangi. Seperti debat di putaran kedua yang dihelat KPU DKI Jakarta akan lebih memberikan ruang bagi partisipasi warga.
Kontes Persepsi
Konsultan politik Anies-Sandi yakni Eep Saefulloh Fatah pernah menulis bagaimana Megawati yang “menang” debat dengan Amien Rais. Sekalipun putri Sukarno tersebut tidak menghadiri debat-debat yang ada, sementara Amien Rais dikenal piawai, vokal, ahli pidato. Latar penulisan Eep saat itu yakni menjelang pemilu tahun 1999.
Megawati dianggap “menang”, karena citra “korban”-nya akan semakin kukuh. Megawati telah lekat sebagai “korban” Orde Baru, maka ketika Amien Rais menyerang dalam debat, maka Megawati akan semakin terkukuhkan citranya sebagai “korban” pula di arena perdebatan.
Pun begitu dengan debat di Pilkada DKI Jakarta. Ini bukan sekadar adu rasio, adu program. Jangan lupakan sisi emosional. Maka di situlah gesture, pilihan kata, persepsi menjadi paket yang dilihat dalam sisi emosional.
Bahkan sekalipun acara debat di Kompas TV tidak jadi terjadi, kontes persepsi itu tetap terlihat. Simaklah bagaimana para pendukung Ahok-Djarot dan Anies-Sandi yang saling adu argumen dan mengemukakan pendapat tentang event tersebut. Persepsi pun akan timbul. Maka debat memang memiliki efek pengganda yang meneguhkan atau meluruhkan persepsi terhadap kandidat.