Jokowi Manusia Arena

Jokowi Manusia Arena
Foto: Ilustrasi Jokowi | MMG

MONITORDAY.COM - Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi, sejak muncul di panggung politik nasional menumbuhkan harapan baru. Jokowi telah membuktikan, siapa pun warga negara Indonesia memiliki kesempatan dan peluang menjadi pemimpin terdepan di negeri ini. 

Ya, Jokowi meruntuhkan persepsi politik yang selama ini kadung menganggap oligarki menjadi penentu dalam hitam-putih praktik politik demokrasi kita.  

Kemenangan Jokowi pada Pemilu 2014 dan tahun politik 2019 lalu merupakan refleksi mendalam dari kehendak batin rakyat, pemimpin harus hidup dan bekerja bersama rakyat. Rakyat melihat itu dalam ucap dan laku Jokowi. Tampil dengan kesederhanaan namun bekerja dengan keistimewaan, mewujudkan pemerataan dan keadilan untuk seluruh rakyat Indonesia. 

Jokowi juga telah menggeser alam pikir politik rakyat dari Jawa-sentris menjadi Indonesia-sentris. Hasilnya, rakyat telah menikmati berbagai pembangunan infrastruktur yang telah dilakukannya. 

Tentu dalam arena demokrasi kini, keberhasilan-keberhasilannya tidak menyurutkan tsunami kritik. Mulai dari kritik biasa sampai yang bersifat personal bahkan kadang fitnah yang mengarah kepada kebencian dan pembunuhan karakter. Tapi Jokowi tetap tegar seperti sekarang. Tekadnya untuk mengabdi kepada rakyat telah membuatnya kebal atas semua tuduhan dan fitnah. 

Jokowi menyadari konsekuensi demokrasi adalah menerima dengan tulus setiap kritik. Kesadaran Jokowi ini disampaikan kepada publik dengan membuka mimbar kritik. Mimbar kritik yang terbuka dari setiap warga negara untuk memberikan masukan kepada pemerintah. Tentu supaya lebih baik dalam bekerja dan memberi pelayanan kepada rakyat.

Mimbar kritik Jokowi itu sempat diragukan banyak pihak. Keraguan-keraguan itu akhirnya pupus. Jokowi membuktikan dengan aksi nyata. Kehadiran Amien Rais beserta rombongannya di Istana disambut hangat dan terbuka. Jokowi menerangkan mata dan pikiran banyak orang, perkataan dan perbuatannya sama seperti nafas bagi kehidupan.

Jokowi konsisten dan memiliki prinsip memimpin republik ini. Ia menerima setiap kritik dari siapa pun, termasuk orang-orang yang selalu mempertanyakan kemampuan dan kepemimpinannya. Kecintaannya pada Indonesia telah melampaui egonya. Sehingga yang tampak adalah ketulusan dan keikhlasan seorang pemimpin.

Semenjak terpilih dari tahun 2014 Jokowi dihadapkan dengan berbagai gejolak politik. Termasuk di antaranya upaya penggagalan pelantikan dan gerakan pelengseran. Tetapi Jokowi tetap berdiri kokoh tampil dan menghadapinya. Jokowi memilih jalan untuk menghadapinya ketimbang melarikan diri dengan menyalahkan pihak lain dan prihatin atas keadaan yang ada. 

Karakter dan kepemimpinan Jokowi ini mengingatkan penulis pada pidato Theodore Roosevelt di Sorbonne, Paris, Prancis 23 April 1910, judulnya "The Man In The Arena." Begini isi sebagian pidato Roosevelt itu:

“Bukan kritikus yang berjasa. Bukan orang kuat menunjukkan bagaimana orang kuat terjatuh, atau di mana pelaku bisa memakai cara berbeda. Yang berjasa adalah orang yang sebenarnya berada di arena, yang wajahnya dipenuhi debu, keringat dan darah. Yang berjuang dengan gagah berani, yang jatuh dan bangun, dan pada akhirnya, ketika dia tahu apa yang dilakukannya adalah hal membanggakan, setidaknya saat dia gagal, dia melakukannya dengan penuh keberanian.”

Semenjak 2014 Jokowi telah menunjukkan kegigihannya bahwa ia akan tetap berdiri di atas kepentingan rakyat, apa pun resikonya. Ia mempertaruhkan diri untuk kemajuan Indonesia. Mengutip ungkapan Sutan Syahrir “Hidup yang tidak pernah dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan."

Terima kasih Pak Jokowi, telah menjadi sosok pemimpin otentik dan berdaulat demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat.