Jokowi: Cinta Produk Dalam Negeri Harus Dibarengi Peningkatan Kualitas

MONITORDAY.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa cinta terhadap produk dalam negeri harus selalu digaungkan. Namun di samping itu, harus juga dibarengi dengan peningkatan kualitas.
"Untuk menuju kepada sebuah loyalitas konsumen kita pada produk-produk dalam negeri, ini ya memang ada syarat-syaratnya, kalau harganya kompetitif tentu saja, kalau kualitasnya baik tentu saja," kata dia.
Hal tersebut disampaikan Presiden dalam sambutannya pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVII Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Tahun 2021 di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat (5/3/2021).
Menurut Presiden, kualitas tersebut penting untuk memaksimalkan dan mengambil peluang dari perilaku konsumsi masyarakat Indonesia yang tinggi.
"Daya beli rakyat kita juga sangat besar, indeks konsumsi konsumen kita juga terus meningkat di angka 84,9 (persen) pada Januari 2021, setelah sebelumnya turun 79 (persen) di Oktober 2020. Konsumsi rumah tangga kita juga sudah menunjukkan sinyal positif," kata Jokowi.
"Jadu dari sisi produsen harus terus memperbaiki kualitasnya, memperbaiki packaging-nya, memperbaiki desainnya agar bisa mengikuti tren," tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Presiden juga meminta kepada kementerian dan lembaga, maupun BUMN agar memperbesar TKDN (Tingkat Komponen dalam Negeri). Jangan sampai proyek-proyek pemerintah, atau BUMN masih memakai barang-barang impor.
"Kalau itu bisa dikunci, itu akan menaikkan permintaan produk dalam negeri yang tidak kecil, gede banget. Pipa kita sudah bisa produksi, tapi banyak masih impor, lah untuk apa gitu loh? Padahal dipakai untuk proyek proyek-proyeknya BUMN," tegas Presiden.
Presiden menambahkan, ajakan pada masyarakat untuk cinta dan bangga terhadap produk nasional juga terus digaungkan.
Menurut dia, Indonesia harus mampu memanfaatkan secara optimal pasar dalam negeri dan daya beli masyarakat yang sangat besar untuk mendongkrak ekonomi nasional.
Meskipun menggaungkan gerakan bangga buatan Indonesia, Presiden menegaskan bahwa Indonesia tetap menganut keterbukaan ekonomi.
“Saya tegaskan bahwa kita juga bukan bangsa yang menyukai proteksionisme karena sejarah membuktikan bahwa proteksionisme itu justru merugikan, tetapi kita juga tidak boleh menjadi korban unfair practices dari perdagangan dunia,” kata Presiden Jokowi.