UMKM Paling Rentan Terkena Dampak Covid-19, Kemenkop UKM Siapkan Stimulus Lintas Sektoral
Kelompok usaha mikro dan ultra mikro ternyata paling rentan terkena dampak covid 19, terutama usaha makanan. Pemerintah pun diminta siapkan paket stimulus lintas sektoral.

MONITORDAY.COM – Selain memberi dampak terhadap kesehatan, pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) juga berdampak besar pada perekonomian, terutama usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM, M. Riza Damanik Phd., mengungkapkan hasil pantauannya dalam 2-3 minggu terakhir. Menurutnya, sebagian besar pelaku usaha yang terkena dampak pandemi Covid-19 itu masuk kategori UMKM. Karena sebagian besar usaha memang masuk kategori itu.
“Kontribusinya untuk PDB nasional adalah 60 persen, dan untuk tenaga kerja sebesar 97 persen. Dari data tersebut, juga diketahui jika hampir 98 persen diantaranya merupakan usaha mikro dan ultra mikro,” ungkap Riza dalam acara diskusi online Kopi Pahit dengan tajuk “Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi Covid-19” pada Ahad (19/4/2020) siang.
Lulusan S3 Universitas Sains Malaysia ini lantas mengatakan, jika dari hasil penelusurannya kelompok usaha ini ternyata sangat rentan gegara Covid-19.
“Dalam situasi pandemi Covid-19 kelompok usaha ini sangat rentan, dan itu sudah kami telusuri dengan membuka call center sejak awal,” ujarnya.
Menurut Riza, paling tidak ada lima varian dampak yang dirasakan para pelaku usaha mikro dan ultra mikro di tengah situasi pandemi Covid-19.
“Varian dampak pertama adalah penjualan yang turun, kedua permodalan, ketiga terhambatnya distribusi, keempat bahan baku, dan kelima produksi yang terhambat,” tuturnya.
Riza juga menjelaskan, usaha mikro dan ultra mikro yang paling berat menanggung dampak pandemi covid-19 adalah usaha makanan. Kata dia, ini disebabkan belum semua usaha makanan tersambung dengan platform online.
“Baru 30 persen diantaranya saja yang sudah tersambung dengan platform online. Sementara sisanya sebesar 70 persen belum tersambung,” pungkasnya.
Dukungan Kolaboratif
Untuk menghadapi pandemi Covid-19 yang belum juga usai ini, tentu dibutuhkan pendekatan yang komprehensif untuk memitigasi dampak terdalam bagi para pelaku usaha mikro dan ultra mikro.
Berita baiknya, menurut Riza Damanik, pemerintah saat ini melalui Kemenkop UKM tengah menyiapkan stimulus yang diintegrasikan dari hasil kolaborasi lintas kementrian.
“Untuk mematangkan konsep ini sudah dilakukan beberapa kali rapat. Ada yang sudah disepakati ada yang dalam proses pemantapan,” ungkapnya.
Stimulus pertama, kata Riza, berupa program dukungan pembiayaan. Menurut dia, program ini didorong karena pemerintah melihat pembiayaan memang mendesak dan krusial. Dalam konteks ini, ada empat skema yang sedang disiapkan.
Skema pertama, adalah relaksasi kredit usaha mikro dan ultra mikro. Ini diberikan kepada para pelaku usaha mikro dan ultra mikro yang sudah masuk dan melakukan peminjaman biaya.
Skema kedua, adalah stimulus pinjaman baru usaha mikro dan ultra mikro. Ini diberikan karena di saat yang sama untuk memulai usaha baru juga perlu dorongan pijaman baru pula.
Stimulus pinjaman baru bagi pelaku usaha dinilai sangat penting, karena persoalan selanjutnya ketika pandemi ini berakhir adalah bagaimana kembali menumbuhkan usaha-usaha mikro dan ultra mikro yang sempat terhenti.
“Jadi mereka yang sudah masuk, atau meminjam perlu relaksasi. Tapi di saat yang sama untuk memulai usaha yang baru itu perlu ada dorongan untuk pinjam baru,” ujar Riza.
Skema ketiga ada pinjaman lunak untuk koperasi. Angkanya menurut Riza mencapai 2 triliun dan disalurkan melalui LPDB. Sementara untuk regulasinya sedang dipersiapkan.
Skema selanjutnya atau keempat ada skema percepatan dan perluasan KUR. Skema ini disorongkan karena sudah ada anggaran yang cukup besar di kredit usaha rakyat. Dan di tengah pandemic, kata Riza, pemerintah ingin melibatkan banyak pihak seperti BPR, BPRS, maupun fintech agar bisa menyalurkan manfaat lebih luas.
Belanja di Warung Tetangga
Stimulus selanjutnya untuk memitigasi dampak covid-19 bagi pelaku usaha mikro dan ultra mikro adalah perluasan pasar. Melalui dukungan ini, pemerintah berharap bisa memberikan motivasi dan keringan kepada pelaku usaha di sektor pangan, perikanan dan peternakan.
“Kita sudah mengujicoba dihampir 50 warung, ada program namanya Belanja di Warung Tetangga,” ungkapnya.
Menurut Riza, dukungan ini merupakan upaya untuk memastikan ada mekanisme usaha yang berjalan di hilir. Karena itu, pihaknya sedang mengintegrasikan program ini dengan 9 BUMN pangan.
“Satu sisi kita berharap mereka menyalurkan bahan sembako dengan harga stabil, sisi lain mereka juga menjadi offtaker dari produk-produk pertanian, perikanan dan perkebunan kita,” ujar Riza.
Jika pembiayaan sudah diberikan, pasar sudah siapkan dan diperluas, maka dukungan selanjutnya yang tak kalah penting adalah mendorong daya beli masyarakat itu sendiri. Pemerintah dalam hal ini Kemenkop dan UKM sedang mendorong integrasi warung tadi ke dalam Kartu Sembako.
“Kita sedang memperluas benefit masyarakat yang menerima manfaat dari kartu sembako. Sehingga mendorong masyarakat belanja kebutuhan pokok ke warung-warung tetangganya yang telah kerjasama dengan BUMN,” ujarnya.
Selain kartu sembako yang tengah diperluas manfaatnya, pemerintah saat ini juga akan memberikan bantuan tunai kepada para pelaku usaha mikro dan ultra mikro. Stimulus ini, kata Riza, angkanya di kisaran Rp2 triliun.
Terakhir, ada juga upaya Kemenkop melalui pelibatan UMKM dalam pembuatan masker non medis. Ini menurut Riza, baru selesai dibincangkan dengan pihak Kimia Farma.
“Harapannya, Kimia Farma bisa menjadi offtaker dari produk masker UMKM non medis tersebut,” pungkasnya.