Perekonomian Terhambat Karena PSBB, Berikut Tips Pilih Reksa Dana di Tengah Wabah Corona

Dalam merespon kondisi yang berkembang, Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan ekonomi antara lain, mempertahankan suku bunga acuan 7-Days Reverse Repo di level rendah, yaitu 4,50 ?n intervensi tidak terbatas untuk menjaga stabilitas dan penguatan nilai tukar rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia serta peningkatan anggaran belanja negara hingga IDR 405 T untuk menangani kasus Corona oleh Pemerintah.

Perekonomian Terhambat Karena PSBB, Berikut Tips Pilih Reksa Dana di Tengah Wabah Corona
Ilustrasi/ Net

MONITORDAY. COM - Ekonomi Indonesia tahun ini seharusnya memasuki siklus ekspansi setelah sebelumnya diserang oleh pandemi virus Corona (Covid-19).

Meningkatnya angka kasus terinfeksi virus Corona di Indonesia serta korban meninggal yang terus meningkat, sehingga mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan pencegahan dalam bentuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 

Dampak PBB pun membuat aktivitas perekonomian pun terhambat sebagai akibat dari terbatasnya ruang gerak masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi permintaan konsumen.

Kondisi ini juga membuat pasar keuangan Indonesia bereaksi negatif. Sampai dengan (07/04/2020), terjadi dana asing keluar di pasar saham maupun obligasi cukup signifikan. IHSG mencatatkan pertumbuhan negatif 24%, begitu juga dengan pasar obligasi dimana yield untuk obligasi 10 tahun mengalami peningkatan hingga 8,1% (yield berbanding terbalik dengan harga obligasi). Hal yang sama juga terjadi di nilai tukar.

"Dalam merespon kondisi yang berkembang, Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan ekonomi antara lain, mempertahankan suku bunga acuan 7-Days Reverse Repo di level rendah, yaitu 4,50 % dan intervensi tidak terbatas untuk menjaga stabilitas dan penguatan nilai tukar rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia serta peningkatan anggaran belanja negara hingga IDR 405 T untuk menangani kasus Corona oleh Pemerintah," kata Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM), Marsangap P. Tamba dalam keterangan tertulis, Rabu (15/04/2020).

Adapun, kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta dalam upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak COVID-19.

Namun, Bank Indonesia menyampaikan dalam siaran persnya, seiring dengan penurunan ekonomi global dan penyebaran Covid-19 di dalam negeri akan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi domestik yang diperkirakan sebesar 2,3 % secara keseluruhan di tahun 2020.

Kemudian, dengan kondisi yang masih tidak menentu tentu membuat berbagai instrumen investasi mengandung risiko yang besar. Dalam kondisi seperti ini ada baiknya untuk menempatkan dana investasi ke instrumen yang lebih aman, sampai kondisi kembali normal.

Lebih lanjut, Marsangap menilai instrumen investasi yang cenderung aman di tengah masa pandemi ini adalah reksa dana berjenis pasar uang. Instrumen ini bisa dipilih sebagai penempatan sementara.

"Pada kondisi pasar finansial yang masih cukup berfluktuasi, Reksa Dana Pasar Uang dapat menjadi pilihan investasi bagi investor selama masa wait and see" tuturnya.

Reksa dana pasar uang sendiri mengelola dana nasabah di instrumen pasar uang. Misalnya Reksa Dana Danareksa Seruni Pasar Uang II (SPU II) asetnya 100 % pada instrumen pasar uang, baik dalam bentuk deposito maupun obligasi yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun.

Di tengah suku bunga yang masih akan dijaga di level rendah, serta adanya potensi kenaikan yield pada obligasi jangka pendek, maka strategi investasi SPU II difokuskan pada penempatan obligasi yang jatuh tempo kurang dari 1 tahun yang memiliki kualitas kredit yang tinggi dan tingkat risiko yang rendah serta yield yang menarik. Di sisi lain penempatan deposito dititikberatkan pada bank-bank berskala besar dengan untuk menjaga likuiditas.

"Mayoritas alokasi obligasi SPU II ditempatkan pada obligasi dengan rating AA ke atas, mayoritas penempatan deposito adalah Bank Buku 3 ke atas. Hal ini sesuai dengan filosofi investasi DIM, yaitu mencari instrumen investasi yang menawarkan pertumbuhan yang berkesinambungan, didukung manajemen yang kuat dan memiliki nilai fundamental yang menarik. Sehingga, SPU II senantiasa memiliki kemampuan untuk memberikan imbal hasil yang optimal dengan tingkat risiko yang terkendali," jelasnya.