Jet Rafale dan F-15WX Senilai Ratusan Triliun Bakal Dibeli Indonesia Dari Prancis dan AS

Jet Rafale dan F-15WX Senilai Ratusan Triliun Bakal Dibeli Indonesia Dari Prancis dan AS
Jet Tempur Dassault Rafale dari Prancis yang Akan Dibeli Indonesia/ net

MONITORDAY.COM - Alat utama sistem persenjataan (alusista) memang menguras kocek anggaran negara. Di sisi lain, teknologi terdepan menjadi kunci kekuatan dalam membangun sistem persenjataan. Apalagi jika menyangkut pertahanan udara. Dalam perang modern, kekuatan udara sangat penting dalam mempertahankan wilayah dari serangan musuh. Semakin lemah sistem pertahanan semakin lemah pula daya tawar dalam memperjuangkan kepentingan nasional. 

Dengan kata lain, pembelian sejumlah persenjataan untuk peremajaan alutsista TNI adalah keniscayaan sebagai jalan memenuhi Minimum Essential Force (MEF) untuk sistem pertahanan Indonesia. Selain itu kesepakatan pembelian alutsista juga mempererat kerjasama pertahanan Indonesia dengan negara sahabat termasuk dalam pengembangan teknologi pertahanan di masa depan.  

Itulah alasan mendasar bagi Indonesia untuk membeli jet tempur. Dan pilihan jatuh pada Rafale dari Prancis dan F-15WX dari Amerika Serikat (AS). Teknologi yang ditawarkan Rafale lebih baik. Salah satunya dengan sistem radar yang mengungguli Sukhoi SU 35. Kalangan Banggar DPR menyebut, jet tempur Rafale yang Indonesia beli adalah jet tempur generasi 4,5 dengan tipe tertinggi yang telah dilengkapi dengan sensor yang mampu melacak target di darat, udara dan air sekaligus.

Kerjasama sektor lain yang mengiringi kesepakatan itu adalah portofolio mengenai teknologi ganda yang dikuasai oleh Dassault Aviation beserta dua mitranya. Pertama, Safran Aircraft Engines dan kedua, Thales Group. Ada MoU kerjasama di bidang research and development kapal selam antara PT PAL dengan Naval Grup, MoU kerjasama Program Offset dan ToT antara Dassault dan PT DI, MoU kerjasama di bidang telekomunikasi antara PT LEN dan Thales Group, dan kerjasama pembuatan munisi kaliber besar antara PT Pindad dan Nexter Munition.

Nilai kontrak pembelian 42 unit pesawat Rafale itu disebut-sebut US$ 8,1 miliar. Dengan asumsi US$ 1 sama dengan Rp 14.344 seperti kurs tengah Bank Indonesia (BI) 10 Februari 2022, maka US$ 8,1 miliar setara dengan Rp 116,19 triliun.

Membeli senjata yang relatif mahal tentu tak dibayar tunai. Risiko fluktuasi nilai tukar mata uang harus dipertimbangkan. Skema kontrak Indonesia dengan Prancis menggunakan skema pendamping rupiah murni 7,5% dari harga kontrak yang telah disepakati. Pendamping rupiah murni ini lebih rendah resikonya karena kita tidak ada resiko tekanan valas, apalagi di tengah situasi ekonomi dunia yang tidak menentu seperti saat ini.

Tentu ada yang tak setuju dengan pembelian alutista ini. Kalangan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menilai di tengah ancaman pandemi lawan yang dihadapi adalah virus sehingga anggaran negara semestinya tidak digunakan untuk jor-joran membeli pesawat tempur. Transparansi dalam strategi pembelian alutsista akan menepis kecurigaan bahwa kontrak ini terkait dengan kepentingan politik 2024.