Jangan memaksakan hak LGBT di Malaysia, kata PM baru

Jangan memaksakan hak LGBT di Malaysia, kata PM baru
Mahathir Mohammad (c) thestar

MONITORDAY.COM- Perdana Menteri baru Malaysia, Mahathir Mohamad pada hari Kamis mengatakan negaranya tidak dapat menerima hak LGBT seperti pernikahan sesama jenis, menganggapnya sebagai nilai "barat".

Pernyataan-pernyataan tumpul itu datang dengan latar belakang apa yang dikatakan aktivis adalah intoleransi yang berkembang terhadap komunitas LGBT di Malaysia.

"Saat ini, kami tidak menerima LGBT tetapi jika mereka (Barat) ingin menerima, itu adalah bisnis mereka. Jangan memaksakannya pada kami," kata pria berusia 93 tahun itu kepada hadirin yang hadir di Universitas Chulalongkorn Bangkok selama hari kedua kunjungan kenegaraan ke Thailand.

"Lembaga perkawinan, lembaga keluarga kini telah diabaikan di Barat. Mengapa kita harus mengikuti itu? Jika mereka (Barat) suatu hari memutuskan untuk berjalan telanjang, apakah kita harus mengikuti?" Tambahnya.

Malaysia beroperasi pada sistem hukum jalur ganda yang memberikan pengadilan Islam hak untuk menangani urusan agama dan keluarga bagi warga Muslim, yang membentuk lebih dari 60 persen populasi. Hukum Islam juga diawasi oleh masing-masing negara di Malaysia.

Menteri Urusan Islam Malaysia sebelumnya telah berbicara menentang kaum homoseksual, dan pada bulan September Mahathir mengatakan serikat pekerja sejenis tidak cocok untuk Malaysia, yang ia gandakan pada komentarnya di Bangkok.

"Misalnya di barat sekarang, pria menikah dengan pria, wanita menikahi wanita, dan kemudian keluarga tidak terdiri dari ayah, ibu dan anak, tetapi dua pria mengadopsi satu anak dari seseorang. Mereka menyebut diri mereka keluarga."

Sikap Mahathir mengecam pencambukan dua wanita yang dituduh melakukan seks lesbian di Malaysia. Hukuman itu dilakukan di depan lebih dari 100 penonton di sebuah pengadilan Islam pada awal September di negara bagian utara Terengganu yang konservatif.  Ini adalah pertama kalinya perempuan dicambuk untuk hubungan sesama jenis di Malaysia, menurut para aktivis, meningkatkan ketakutan di kalangan komunitas LGBT negara.

Sumber : JakartaPost