New York, Jakarta dan Pergerakan Wabah di Tengah Kepadatan

Lain New York lain pula Jakarta meski keduanya menjadi episentrum wabah Covid-19. New York bukan ibukota pemerintahan. Di AS ibukotanya Washington D.C yang ukurannya sangat kecil. Bukan negara bagian Washington yang luas itu. New York kota bisnis yang sibuk dan padat.

New York, Jakarta dan Pergerakan Wabah di Tengah Kepadatan
new york/ net

MONITORDAY. COM – Lain New York lain pula Jakarta meski keduanya menjadi episentrum wabah Covid-19. New York bukan ibukota pemerintahan. Di AS ibukotanya Washington D.C yang ukurannya sangat kecil. Bukan negara bagian Washington yang luas itu. New York kota bisnis yang sibuk dan padat.

New York juga kiblat mode dunia bersama Milan dan Paris. Di Italia, kota Milan juga sangat terpukul dampak wabah. Wilayah Lombardi yang menjadi episentrum pandemi menempel dengan kota itu. Paris pun masih kesulitan bernafas hingga hari ini.

Sementara Jakarta yang hari ini akan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah ibukota pemerintahan sekaligus ibukota bisnis. Pusat perputaran uang dan magnet urbanisasi. Selama Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri ada pergerakan mudik tahunan yang biasanya membuat Jakarta senyap setidaknya dalam satu atau dua pekan.

New York yang memasuki Paskah berada dalam situasi paling sulit menghadapi pandemi. Tingkat infeksi harian dan korban meninggal terkait virus corona sangat tinggi. Data di situs worldometer menunjukkan angka infeksi baru di New York sebesar 10.333 orang dan korban meninggal mencapai 799 jiwa.

Jakarta hingga kemarin menunjukkan data 1.719 orang terpapar virus ini dan 155 orang meninggal. Data situs corona.jakarta.go.id ini menunjukkan ibukota Indonesia menjadi pusat penularan wabah. Lebih dari separuh jumlah nasional yang berada pada angka 3.293 orang terkonfirmasi dan 280 jiwa meninggal.   

Penjelasan pertama dan paling masuk akal mengapa New York sebagai kota terbesar dan terpadat di AS adalah karena coronavirus cenderung menyebar di tempat-tempat padat.

"Kedekatan spasial itu membuat kita rentan," kata Gubernur New York Andrew Cuomo, 8 April 2020. Demikian dilansir CNN.

Kota New York memiliki rata-rata lebih dari 27.000 orang per mil persegi, menurut Sensus 2010. Itu lebih dari dua kali lipat kepadatan Chicago dan Philadelphia dan lebih dari tiga kali kepadatan Los Angeles.

Setiap saat, warga New York berkumpul bersama di kereta bawah tanah, bergesekan satu sama lain di trotoar dan beradu lutut di bar dan restoran - semuanya berpotensi menular. Mereka tinggal di gedung-gedung apartemen yang padat, naik ke tangga atau ke lift bersama tetangga.

Sistem transit menghubungkan orang-orang di kelima wilayah, jadi kebanyakan orang tidak memiliki mobil pribadi yang memungkinkan penerapan jarak sosial dan jarak fisik.

"Kami terbiasa dengan orang banyak," kata Walikota New York City Bill de Blasio. "Kami terbiasa dengan antrean. Kami terbiasa berdekatan."

Dengan lebih dari 8 juta orang, New York City juga merupakan kota terbesar di negara ini. Jadi tingginya jumlah kasus coronavirus di New York juga hanya cerminan dari ukurannya. Negara itu kemungkinan akan memimpin negara dalam kasus coronavirus bahkan jika tingkat infeksi per orang bukan yang tertinggi, kata Sepkowitz.